Polandia Beneran Bikin Rusia Mikir Dua Kali: Tak Cuma Borong 500 Sistem Rudal HIMARS, Bikin Pabriknya Sekalian
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Polandia dilaporkan sudah menyetujui rencana pembelian sebanyak 486 peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (High Mobility Artillery Rocket System/HIMARS).
Pembelian senjata gila-gilaan Polandia ini seturut misi negara tersebut menjadi negara dengan kekekuatan militer paling kuat di benua Eropa.
Aksi Polandia secara pesat membangun kekuatan militernya itu, juga dipicu aksi Rusia menginvasi Ukraina.
Baca juga: Ini Dia Calon Lawan Sepadan Rusia: Bakal Jadi Negara dengan Kekuatan Militer Paling Dahsyat di Eropa
Pada pengadaan sekitar 500 Sistem Rudal HIMARS tersebut, Polandia menggandeng kontraktor pertahanan AS, Lockheed Martin Corp, dalam model bisnis usaha patungan.
Hal itu merujuk pada upaya Polandia tak cuma sebagai pembeli barang jadi sistem peluru kendali jarak jauh tersebut, tetapi juga memiliki pabrik senjata di dalam negeri.
Ratusan sistem rudal HIMARS tersebut direncanakan mulai bisa diproduksi di dalam negeri Polandia mulai akhir tahun 2025.
Menteri Pertahanan Polandia Mariusz Blaszczak menyebut, kekuatan militer yang dimiliki negaranya akan membuat Rusia berpikir dua kali untuk menginvasi seperti yang dilakukan Moskow ke Ukraina.
“Tujuan kami adalah menciptakan situasi di mana Angkatan Darat Polandia yang kuat akan benar-benar menghalangi agresor, dan kami akan melakukannya,” kata Menteri Pertahanan Polandia Mariusz Blaszczak pada Senin dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan perintah HIMARS, mengutip kekhawartiran adanya ancaman ekspansionisme Rusia.
“Seperti yang telah saya nyatakan berkali-kali, dalam waktu dua tahun, Polandia akan memiliki pasukan darat terkuat, dan salah satu komponen terpenting dari pasukan ini adalah artileri roket,” tambahnya.
Pesanan HIMARS terbaru Polandia dijadwalkan untuk dikirim mulai akhir tahun 2025.
Dikombinasikan dengan pembelian sistem artileri buatan AS pada tahun 2019, kesepakatan terbaru ini akan menghasilkan total 500 unit HIMARS.
Namun, kontraktor militer Barat kesulitan memenuhi lonjakan permintaan produksi persenjataan mereka di tengah konflik Rusia-Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg awal tahun ini memperingatkan bahwa blok militer Barat tidak mampu memproduksi peluru artileri dengan cukup cepat untuk menyamai amunisi yang dihabiskan Ukraina.
Lockheed Martin mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan industri Polandia untuk merancang kit modul peluncur-pemuat HIMARS untuk dipasang pada truk Jelcz 6X6 buatan Polandia.
Kontraktor lokal Polandia juga berharap mendapat izin untuk memproduksi amunisi HIMARS.
“Kami menantikan untuk bersama-sama memastikan Polandia dan seluruh kawasan tetap terdepan dalam menghadapi ancaman keamanan yang muncul,” kata eksekutif Lockheed Martin, Paula Hartley.
Rusia Sudah Belajar Cara Redam HIMARS
Di lain sisi, perang melawan Ukraina sepertinya juga memberikan banyak latihan bagi pasukan Rusia dalam melawan sistem rudal HIMARS.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengakui pada bulan Juli kalau Rusia telah menemukan cara untuk mengganggu sistem panduan GPS pada roket buatan AS tersebut, sehingga mengurangi efektivitasnya.
Adapun terkait rencana Polandia membuat pabrik HIMARS sendiri di dalam negeri, kontraktor utama lokal yang terlibat dalam program HIMARS itu mencakup Polska Grupa Zbrojeniowa (PGZ), Huta Stalowa Wola (HSW), WZU, dan MESKO.
Mengingat bahwa peluncur HIMARS dan amunisinya berharga sekitar 5,1 juta dolar per AS, investasi Polandia pada sistem rudal buatan AS iti diestimasi bernilai total sekitar 2,5 miliar dolar AS atau setara Rp 38 triliun.
"Baterai HIMARS yang dipasang pada sistem artileri truk Homar-A Polandia akan mampu menembakkan enam roket secara berurutan pada jarak 70 kilometer (43 mil)," kata Lockheed Martin.
Truk-truk tersebut juga akan mampu meluncurkan proyektil US MGM-140 Army Tactical Missile System (ATACMS) pada jarak hingga 300 kilometer (190 mil).
(oln/RT/*)