TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan Rusia tidak membutuhkan tentara dari negara lain untuk berperang di Ukraina saat ini.
Pernyataan ini menjawab kabar media Barat soal Korea Utara yang akan mengirim pasukan ke Rusia untuk berperang, setelah kunjungan Kim Jong Un ke Rusia.
Vladimir Putin memastikan, sudah ada 300.000 sukarelawan Rusia yang menandatangani kontrak dengan tentara Rusia sejak awal tahun 2023 ini.
Sehingga Rusia tidak perlu merekrut tentara bayaran asing.
"Orang-orang ini siap mengorbankan hidup mereka demi kepentingan tanah air mereka, melindungi kepentingan Rusia," kata Vladimir Putin saat pertemuannya dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Sochi, Jumat (15/9/2023).
Menurutnya, warga Rusia yang menjadi sukarelawan itu adalah orang berjiwa patriotik tinggi.
“Dan, yang pertama dan terpenting, orang-orang kami, yang menandatangani kontrak-kontrak ini, dipimpin oleh sentimen patriotik tertinggi. Ini saja yang patut dihormati," tambahnya.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-570: Rusia Kehilangan Desa Andriivka yang Dikuasai Selama Invasi
Ia juga membantah tuduhan soal Rusia yang meminta sukarelawan dari Korea Utara.
"Kabar Rusia yang meminta sukarelawan Korea Utara untuk mengambil bagian dalam operasi militer khusus adalah omong kosong belaka," kata Vladimir Putin.
"Rusia tidak perlu melakukan outsourcing operasi militer (khusus) kepada pihak luar," lanjutnya, seperti diberitakan TASS.
Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, menimpali pernyataan Vladimir Putin.
"Tentara bayaran Amerika sudah berjuang untuk Ukraina," katanya.
Baca juga: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un Kunjungi Pabrik Jet Tempur Rusia
Lukashenko menuduh Amerika Serikat dan beberapa sekutu NATO-nya, dimulai dengan Polandia, ingin mengirim pasukan reguler juga.
Pada awal Juli 2023, Kementerian Luar Negeri Rusia memperkirakan hampir 12.000 pejuang asing telah bergabung dengan angkatan bersenjata Ukraina setelah dimulainya perang pada Februari 2022.
Namun hanya sekitar 2.200 orang yang masih aktif.
Sisanya telah meninggal atau meninggalkan negara itu, menurut Rusia.
Putin: Rusia Siap Berunding dengan Ukraina
Baca juga: Vladimir Putin dan Kim Jong Un Saling Hadiahi Senapan, Simbol Transfer Senjata Rusia dan Korut?
Dalam pertemuan itu, Putin mengatakan di hadapan Lukashenko, Rusia siap berunding dengan Ukraina.
"Kami juga menegaskan kembali kesiapan Moskow untuk melakukan pembicaraan dengan Ukraina dan meminta pemerintah Kyiv untuk berhenti mengikuti irama pihak lain," kata Vladimir Putin.
Vladimir Putin juga menyinggung soal Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan berbagai sanksi kepada Rusia.
"Amerika Serikat berusaha menyelesaikan semua masalah dengan menggunakan kekuatan, baik melalui penggunaan sanksi ekonomi, atau pembatasan keuangan, atau mengancam untuk menggunakan kekuatan militer atau memaksa penggunaan kekuatan," katanya, dikutip dari RT.
Baca juga: Lukashenko Jadi Kaki Tangan Putin, UE Minta ICC Buat Surat Perintah Penangkapan
Menurutnya, AS mencoba untuk mengajari orang lain, padahal AS sendiri tidak mengerti dan tidak mau belajar.
Ia menyebut AS mendukung perang Ukraina dengan mengirim pasokan senjata, termasuk amunisi tandan.
"Ada satu negara yang menganggapnya luar biasa, yaitu Amerika Serikat," kata Vladimir Putin, merujuk pada penggunaan amunisi tandan oleh Ukraina.
“Bahkan apa yang mereka anggap sebagai kejahatan, mereka mempunyai kebebasan untuk melakukannya. Faktanya, AS menggunakan munisi tandan dalam kasus ini, dengan tangan Ukraina," tambahnya.
Pembicaraan itu dilakukan selama kunjungan kenegaraan Presiden Alexander Lukashenko ke Rusia pada Jumat (15/9/2023).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)