News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PBB Peringatkan Wabah Penyakit Menjadi Krisis Lanjutan setelah Banjir di Libya

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Libya ini, mobil dan puing-puing tergeletak di sebuah jalan di Derna, Libya, pada Senin, 11 September 2023, setelah dibanjiri oleh hujan lebat. Badai Mediterania Daniel menyebabkan banjir dahsyat di Libya yang merusak bendungan yang menyapu seluruh lingkungan dan menghancurkan rumah-rumah di beberapa kota pesisir di timur negara Afrika Utara tersebut. Sebanyak 2.000 orang dikhawatirkan tewas, kata salah satu pemimpin negara itu. (Libyan government via AP)

TRIBUNNEWS.COM - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memperingatkan wabah penyakit dapat membawa 'Krisis Dahsyat Kedua' ke Libya seminggu setelah banjir bandang menghancurkan kota pesisir Derna.

Mengutip dari Asharq Al-Aswat, pihak berwenang Libya melaporkan penyebaran diare pada lebih dari 100 orang yang minum alkohol karena air yang terkontaminasi.

Dalam sebuah pernyataan, Misi Dukungan PBB di Libya mengatakan mereka sangat prihatin dengan kontaminasi air dan kurangnya sanitasi setelah dua bendungan runtuh saat badai Mediterania Daniel menyebabkan aliran air mengalir melalui kota Derna di bagian timur pada 11 September.

"Khawatir akan risiko wabah penyakit, terutama akibat air yang terkontaminasi dan kurangnya sanitasi", kata PBB, dikutip dari CBSNews.

Banjir bandang yang dipastikan telah menewaskan hampir 3.300 orang dan menyebabkan ribuan lainnya hilang.

Kepala Pusat Pemberantasan Penyakit Libya, Haider al-Saeih, mengatakan, setidaknya 150 orang menderita diare setelah meminum air yang terkontaminasi di Derna.

Baca juga: Populer Internasional: PBB Revisi Jumlah Korban Banjir Libya - China Terbangkan Jet Tempur di Taiwan

Mengetahui itu, Misi Dukungan PBB mengatakan ada sembilan badan PBB di Libya yang mersepons bencana tersebut.

Mereka juga berupaya mencegah timbulnya penyakit yang dapat menyebabkan 'Krisis Dahsyat kedua'.

Organisasi Kesehatan Dunia juga telah mengirim 28 ton pasokan medis ke negara tersebut.

Pusat pengendalian penyakit Libya melarang warga di zona bencana untuk meminum air dari sumber listrik setempat, dan memperingatkan bahwa air tersebut 'tercemar'.

Sementara Menteri Kesehatan dari pemerintahan timur Libya, Othman Abduljaleel, mengatakan, kementeriannya telah memulai program vaksinasi melawan penyakit yang biasanya terjadi setelah bencana seperti ini.

Foto satelit dari Planet Labs PBC ini menunjukkan runtuhnya bendungan di Derna, Libya, pada 2 September 2023. Kehancuran terjadi di Derna dan bagian lain Libya timur pada Minggu malam, 10 September 2023. Saat badai menerjang pantai , Warga Derna mengaku mendengar ledakan keras dan menyadari bendungan di luar kota telah runtuh. Banjir bandang melanda Wadi Derna, sungai yang mengalir dari pegunungan melalui kota dan menuju laut. (Planet Labs PBC via AP) (AP/)

Banyak Bantuan dari Negara Lain setelah Banjir Melanda Libya

Bencana ini telah membawa persatuan yang jarang terjadi di Libya yang kaya minyak, yang telah terpecah antara pemerintahan yang bersaing sejak tahun 2014.

Warga dari kota terdekat Benghazi dan Tobruk telah menawarkan diri untuk membantu para pengungsi, sementara para sukarelawan mencari korban selamat yang terkubur di bawah reruntuhan.

Pemerintah negara-negara lawan telah mengerahkan tim kemanusiaan ke kota pelabuhan dan daerah-daerah lain yang terkena dampak, namun pada awalnya kesulitan untuk merespons krisis ini.

Hal tersebut lantaran upaya mereka terhambat oleh buruknya koordinasi, kesulitan mendapatkan bantuan ke daerah yang paling terkena dampak dan rusaknya infrastruktu Derna.

Kesaksian Warga Derna

Salah satu warga Derna yang terdampak, Abdul Wahab al-Masouri, menyesali apa yang terjadi di kotanya.

Ia merasa sedih dengan bencana yang melanda tempat tinggalnya.

Ia merasa dampaknya di kota Derna seperti tidak ada kehidupan.

“Kami besar di sini, kami dibesarkan di sini. Namun kami membenci tempat ini, kami membenci apa yang telah terjadi,” katanya.

"Bangunan, lingkungan sekitar, penduduk desa, para syekh... wadi telah kembali ke keadaan seperti 1.000 tahun yang lalu,"

Orang-orang tinggal di gua, kota tampak mati, tandus, tidak ada kehidupan yang tersisa."

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Banjir di Libya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini