News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prancis akan Mundur dari Niger, Pulangkan Duta Besar dan 1.500 Tentara

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyaksikan upacara penandatanganan perjanjian bilateral dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina (tidak dalam gambar) di kantor Perdana Menteri di Dhaka pada 11 September 2023. -- Prancis akan menarik duta besarnya, Sylvain Itte dan tentara Prancis di Niger.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengumumkan akan menarik duta besar dan militernya dari Niger.

Keputusan ini menyusul kudeta militer di Niger pada Juli lalu dan penyanderaan duta besar Prancis, Sylvain Itte.

Setelah menggulingkan Presiden Niger pro-Prancis, Mohamed Bazoum, junta militer Niger menuntut Prancis untuk meninggalkan Niger.

“Prancis telah memutuskan untuk menarik duta besarnya,” kata Macron kepada televisi Prancis dalam sebuah wawancara yang disiarkan di TV, Minggu (24/9/2023).

“Dalam beberapa jam ke depan duta besar kami dan beberapa diplomat akan kembali ke Prancis,” lanjutnya, tanpa memberikan rincian mengenai bagaimana hal ini akan dilakukan.

Emmanuel Macron menambahkan, kerja sama militer dengan Niger telah berakhir dan pasukan Prancis akan menarik diri dalam bulan-bulan mendatang dengan penarikan penuh pada akhir tahun 2023 ini.

Seorang pria menyaksikan Presiden Prancis Emmanuel Macron di layar televisi di Paris selama wawancara langsung yang disiarkan di berita malam saluran TV Prancis TF1 dan saluran berita televisi publik Prancis France 2 pada 24 September 2023. (Geoffroy VAN DER HASSELT / AFP)

Baca juga: Macron: Junta Niger Sandera Duta Besar Prancis setelah Tolak Pengusirannya dari Niamey

“Kami akan berkonsultasi dengan para pemberontak, karena kami ingin hal ini dilakukan secara damai,” kata Macron, seperti diberitakan Al Jazeera.

Prancis menempatkan sekitar 1.500 tentara di Niger sebagai bagian dari penempatan anti-jihadis di wilayah Sahel.

Emmanuel Macron mengatakan pemerintah pasca kudeta tidak lagi ingin berperang melawan terorisme.

Presiden Prancis itu mencatat, kehadiran tentara Prancis di Niger adalah tanggapan atas permintaan pemerintah Niger saat itu.

Tanggapan Junta Niger

Gambar tangkapan bingkai video ini diperoleh AFP dari ORTN - Télé Sahel pada 28 Juli 2023 menunjukkan Jenderal Abdourahamane Tchiani, orang kuat baru Niger, berbicara di televisi nasional dan membacakan pernyataan sebagai "Presiden Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air", setelah penggulingan Presiden terpilih Mohamed Bazoum. (ORTN - Télé Sahel / AFP)

Baca juga: Intelijen Rusia: AS Mau Lenyapkan Pemimpin Kudeta Niger Pakai Agen Khusus Pentagon

Junta militer Niger merespons dengan cepat melalui pernyataan yang dibacakan di televisi nasional.

“Minggu ini, kami merayakan langkah baru menuju kedaulatan Niger,” kata junta militer Niger dalam pernyataannya.

“Ini adalah momen bersejarah, yang menunjukkan tekad dan kemauan rakyat Niger,” lanjutnya, dikutip dari The Guardian.

Perkembangan ini terjadi ketika pasukan Prancis juga diminta meninggalkan bekas jajahannya di Mali dan Burkina Faso.

Niger, Mali, dan Burkina Faso merupakan bagian dari wilayah semi-kering Sahel, yang menjadi pusat kelompok bersenjata terkait Al-Qaeda dan ISIS.

Dua sersan staf Angkatan Udara AS di Niger yang tergabung dalam Skuadron Pasukan Keamanan Ekspedisi ke-409, Pasukan Reaksi Cepat, menjaga keamanan saat melakukan patroli bersama dengan Angkatan Bersenjata Niger (FAN) di dekat AB 201, Niger, pada 6 Januari, beberapa bulan sebelum Mayor Jenderal Abdourahamane Omar Tchiani memimpin pengambilalihan militer untuk menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum. (Master Sergeant Michael Matkin/406th Expeditionary Wing/U.S. Air Force)

Baca juga: Junta Militer Niger Perintahkan Duta Besar Prancis Tinggalkan Negaranya

Presiden Bazoum bekerja sama dengan negara Barat termasuk Prancis untuk mengatasi meningkatnya pengaruh kelompok teroris itu.

Sebelumnya, junta militer Niger menyandera duta besar Prancis, Sylvain Itte di dalam kedutaan.

Pasukan keamanan Niger tidak mengizinkan siapa pun masuk atau keluar.

Sylvain Itte bertahan hidup dengan jatah makanan di dalam kedutaan.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Niger

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini