TRIBUNNEWS.com - Lebih dari 1.100 orang dilaporkan tewas dalam pertempuran terbaru antara Hamas dan militer Israel.
Jumlah tersebut termasuk 436 warga Palestina.
Sementara itu, lebih dari 123 ribu orang telah mengungsi dari Jalur Gaza sejak pecahnya konflik antara pejuang Palestina dan Israel pada Sabtu (7/10/2023), menurut PBB.
"(Sekitar) 123.538 orang mengungsi dari Jalur Gaza, sebagian besar karena ketakutan, kekhawatiran akan perlindungan, dan hancurnya rumah mereka," ujar Badan Kemanusiaan PBB, OCHA, dikutip dari AlJazeera.
Diketahui, serangan Israel di Jalur Gaza selama 15 tahun terakhir mengakibatkan ribuan warga Palestina terbunuh.
Baca juga: Besok, Serikat Buruh Demo di Kedubes AS dan Kantor PBB, Minta Setop Perang Palestina-Israel
Korban tewas termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua.
Menurut catatan AlJazeera, korban tewas dari warga Palestina mencapai 6.407 orang sejak 2008.
Sementara, dari pihak Israel 'hanya' sebanyak 308 orang.
Situasi Terkini
Masih dari AlJazeera, berikut situasi terkini terkait konflik antara Hamas dan pasukan Israel, Senin (9/10/2023):
- Baku tembak masih berlanjut antara pejuang Hamas dan pasukan Israel di tiga wilayah utama di Israel selatan, yaitu di Kibbutz di Karmia, di kota Ashkelon, dan Sderot.
- Seorang pejabat senior Hamas, Mousa Abu Marzouk, mengatakan kelompoknya menyandera lebih dari 100 warga Israel di Gaza.
- Marzouk juga mengatakan perwira senior Israel termasuk di antara mereka yang disandera.
- Militer Israel, yang menghadapi pernyataan canggung karena gagal menggagalkan serangan Hamas, mengatakan mereka telah menguasai kembali sebagian besar perbatasan dengan Gaza, membunuh ratusan orang, dan menyandera puluhan orang.
- Juru bicara militer Israel mengatakan pihaknya telah mengumpulkan 100 ribu tentara cadangan di dekat Gaza.
- Sebuah laporan Wall Street Journal mengatakan Iran membantu Hamas merencanakan serangan mendadak terhadap Israel pada akhir pekan.
Tetapi, perwakilan Iran untuk PBB mengatakan Teheran tidak terlibat dalam serangan itu.
- Amerika Serikat mengungkapkan akan mengirim beberapa kapal dan pesawat militer lebih dekat ke Israel sebagai bentuk dukungan menyusul serangan mendadak Hamas.
Baca juga: Hari Ketiga Perang Hamas-Israel: Korban Tewas di Jalur Gaza 436 Orang, Zionis Siapkan Serangan Darat
- Perwakilan Palestina untuk PBB mengatakan, "Perkembangan ini terjadi bukan karena alasan, hal ini (serangan) didahului dengan pembunuhan warga Palestina tahun ini."
- Sebagai bentuk balasan atas serangan mendadak Hamas, serangan udara Israel menghantam blok perumahan, terowongan, masjid, dan rumah pejabat Hamas di Gaza pada Minggu (8/10/2023).
Serangan ini menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk 20 anak-anak.
- Dalam serangan mendadak, kelompok bersenjata Hamas membunuh sekitar 700 warga Israel, menurut laporan media.
Mereka juga menculik puluhan orang saat menyerang kota-kota Israel.
- Serangan udara dan penembakan Israel yang ditujukan ke rumah-rumah dan gedung apartemen telah menyebabkan sekitar 123.538 warga Palestina di Gaza mengungsi, menurut Badan Kemanusiaan PBB.
Israel Deklarasikan Perang
Pemerintah Israel secara resmi mendeklarasikan perang dan memberikan lampu hijau untuk "langkah militer yang signifikan" untuk membalas serangan mendadak Hamas.
Lebih dari 40 jam setelah Hamas melancarkan serangan, pasukan Israel masih berperang melawan kelompok tersebut yang bersembunyi di beberapa lokasi.
Deklarasi perang ini menandakan konflik yang lebih besar di masa depan, dikutip dari AP News.
Sementara itu, Hamas yang mengklaim telah menyandera lebih dari 100 orang Israel, mengatakan para tawanan akan ditukar dengan pembebasan ribuan warga Palestina yang dipenjarakan Israel.
Harga Emas dan Minyak Melonjak
Buntut konflik antara Hamas dan Israel menyebabkan harga minyak melonjak lebih dari empat persen per Senin.
Hal ini memicu kekhawatiran mengenai kemungkinan terganggunya pasokan dari wilayah yang kaya akan minyak mentah.
Baca juga: Hamas Bantah Keterlibatan Iran dalam Serangan ke Israel: Ini Kejutan bagi Semua Orang
Masih dilansir AlJazeera, kenaikan harga minyak yang berkelanjutan akan menjadi beban bagi konsumen dan menambah tekanan inflasi global.
Sementara itu, harga emas naik lebih dari satu persen karena risiko konflik yang lebih luas, mendorong perpindahan investasi safe-heaven, seperti emas batangan.
Selain melonjaknya harga minyak dan emas, beberapa maskapai penerbangan internasional telah menangguhkan layanan penerbangan dengan Tel Aviv.
Mereka beralasan menunggu kondisi membaik sebelum melanjutkan kembali layanan penerbangan.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)