Ukraina Siap-siap Kecele, Perhatian Barat di Uni Eropa Kini Fokus ke Perang Hamas vs Israel
TRIBUNNEWS.COM - Ukraina, dalam konteks peperangan melawan Rusia, kini tidak lagi menjadi 'anak emas' dari perhatian negara-negara Barat di Uni Eropa.
Bagi para pemimpin Eropa dan Arab, mencegah eskalasi lebih lanjut dari perang Hamas dan Israel agar tidak menyebar, saat ini adalah prioritas paling mendesak
Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri Hongaria, Peter Szijjarto sebelum bertemu dengan para menteri dari negara-negara Teluk.
Baca juga: Perang Ukraina Lawan Rusia Belum Kelar, AS Siap Boncos Bantu Israel, Pentagon: Senjata Kami Cukup
"Perang antara Israel dan Hamas telah membayangi konflik di Ukraina sebagai topik utama diskusi internasional," kata Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto dikutip RT.
“Setelah sekian lama, topik utama konsultasi internasional bukanlah perang di Ukraina,” tulis Szijjarto dalam postingan Facebook pada Senin (9/10/2023).
“Serangan terhadap Israel, seperti sambaran petir dari langit, telah mengguncang politik internasional,” kata dia.
Szijjarto dan menteri luar negeri Uni Eropa lainnya bertemu pada hari Selasa dengan rekan-rekan mereka dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, dalam sebuah konferensi tinggakat tinggi untuk membentuk Dewan Kerjasama Teluk.
KTT di Oman didominasi oleh topik pembahasan terkait perang yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Szijjarto memperingatkan kalau perang Hamas vs Israel yang terjadi dalam beberapa hari terakhir dapat membahayakan upaya normalisasi hubungan sejauh ini.
Diketahui, Bahrain dan UEA telah menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020.
Arab Saudi saat ini sedang dalam pembicaraan yang dimediasi Amerika untuk melakukan hal serupa,
"Hal terpenting saat ini adalah mencegah eskalasi konflik,” tulis diplomat Hongaria itu dalam postingan terpisah di Facebook pada hari Senin.
“Negara-negara Arab di kawasan Teluk mempunyai peran penting dalam hal ini, itulah sebabnya pertemuan para menteri luar negeri negara-negara UE-Teluk… mempunyai arti yang sangat penting.”