TRIBUNNEWS.COM - Ketinggian air di hutan hujan Amazon Brasil telah mencapai titik terendah dalam 121 tahun terakhir.
Menyusutnya air di Sungai Amazon diakibatkan kekeringan yang berkepanjangan.
Rio Negro, anak sungai terbesar kedua Amazon, di kota Manaus mencatat ketinggian air 13,59 meter pada hari Senin (16/10/2023).
Sejak pencatatan pada tahun 1902, penyusutan air ini menjadi yang paling terendah.
Dikutip dari Sky News, angka tersebut melampaui rekor terendah sepanjang masa pada tahun 2010 dan jauh lebih rendah dibandingkan pengukuran yang dilakukan tahun lalu.
Pada tahun 2022, Sungai Rio Negro tercatat ketinggiannya berada di 17,60 meter.
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim, 120 Lumba-lumba Ditemukan Mati di Anak Sungai Amazon
Ketinggian ini juga jauh lebih rendah dari 30,02 meter yang tercatat pada Juni 2021.
Hal ini terjadi ketika kekeringan dan suhu tinggi melanda wilayah tersebut.
Pola cuaca El Nino, yang menyebabkan suhu permukaan laut menjadi lebih hangat dan memicu panas ekstrem baik di lautan maupun di darat, kemungkinan besar menjadi penyebab kekeringan ekstrem tahun ini.
Dilansir Forbes melalui Reuters, hal ini telah berdampak pada hampir 400.000 orang dan menewaskan lebih dari 100 lumba-lumba sungai yang terancam punah.
Kekeringan parah di Amazon Brasil menimbulkan ancaman bagi 30 juta orang yang tinggal di lembah Amazon, dan penduduk desa-desa terpencil kini terlantar tanpa akses terhadap makanan, obat-obatan atau air.
Baca juga: Populer Internasional: Hutan Amazon Dilanda Kekeringan Parah - Kota New York Kebanjiran
Beberapa orang terpaksa menggali sumur dengan tangan untuk minum dan mandi karena perahu yang membawa perbekalan kandas di sungai.
Ikan dan lumba-lumba sungai telah mati dalam jumlah besar sebelum tidak terlihat oleh penduduk setempat, menurut BBC, dan para peneliti sedang berupaya untuk menentukan penyebab pasti kematian mereka.
Amazon adalah salah satu tempat paling beragam di dunia dengan lebih dari 3 juta spesies hewan dan 2.500 spesies pohon yang merupakan rumah bagi hutan seluas 2,72 juta mil persegi.
Menurut Yale Climate Connections, suhu global telah meningkat selama bertahun-tahun karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Peningkatan suhu tersebut meningkatkan risiko kekeringan dalam beberapa cara.
Baca juga: Hutan Amazon Dilanda Kekeringan Parah, Ratusan Ribu Orang Terdampak, Ikan-ikan Mati
Temperatur udara yang tinggi menguras cairan dari tanah dan daun tanaman, menyebabkan air menguap lebih cepat dan mengurangi hujan salju, yang dianggap sebagai sumber air penting bagi 1,9 miliar orang di Belahan Bumi Utara.
Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Maret ini di jurnal Nature Water menegaskan bahwa intensitas kekeringan ekstrem dan curah hujan (atau ketiadaan curah hujan) telah meningkat "tajam" seiring dengan kenaikan suhu global.
(Tribunnews.com/Whiesa)