De-dolarisasi di Perdagangan Rusia-China Hampir Selesai: Kini 95 Persen Pakai Rubel-Yuan
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pembangunan Ekonomi Rusia, Maksim Reshetnikov mengatakan proses dedolarisasi dalam perdagangan Rusia dan China hampir sepenuhnya selesai.
Maksim Reshetnikov mengklaim, Rubel dan yuan kini sudah 95 persen digunakan dalam perdagangan Moskow dengan Beijing.
"De-dolarisasi perdagangan Rusia dengan Tiongkok hampir selesai," kata menteri tersebut kepada wartawan di sela-sela Forum Bisnis Energi Rusia-Tiongkok di Beijing, Jumat (20/10/2023).
Baca juga: Rusia Tetap Banjir Duit, Gazprom: Ekspor Gas ke China Setara dengan Pasokan ke Eropa Sebelum Sanksi
“Perdagangan kami sedang melakukan restrukturisasi. Jika kita melihat indikator perdagangan negara ini secara keseluruhan, 68 persen perdagangan Rusia dilakukan dalam (mata uang) rubel dan yuan, sementara 95 persen perdagangan Rusia dengan Tiongkok diselesaikan dalam rubel dan yuan. Masalah saluran (untuk pembayaran) telah diselesaikan,” kata Reshetnikov.
Data terbaru dari Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia menunjukkan kalau yuan mengambil alih dolar dalam penyelesaian impor Rusia dengan Tiongkok pada tahun 2022.
Mata uang Tiongkok sejak itu telah digunakan dalam perdagangan Rusia dengan Mongolia, Taiwan, Filipina, Malaysia, Uni Emirat Arab, Thailand, Jepang, Tajikistan, dan Singapura.
Perubahan tersebut mencerminkan langkah Rusia untuk menjauh dari transaksi dalam mata uang “negara-negara yang tidak bersahabat” dengan latar belakang sanksi, merujuk pada dolar AS dan euro.
Reshetnikov juga memberikan penilaiannya terhadap nilai perdagangan Rusia-Tiongkok.
Diprediksi, nilai perdagangan Rusia-China melampaui target sebesar 200 miliar dolar AS dan mencapai sekitar 220 miliar dolar AS pada akhir tahun ini.