TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel menolak seruan jeda kemanusiaan di Gaza yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
Sebagai informasi, Blinken melakukan kunjungan ke Tel Aviv untuk menemui Perdana Menteri (PM) Israel, Benyamin Netanyahu untuk mendiskusikan soal jeda kemanusian di Gaza pada Jumat (3/10/2023).
Dikutip dari BBC, seruan itu ditolak Netanyahu lewat sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi nasional Israel.
“Gencatan senjata terjadi jika para tahanan dilepas (oleh Hamas),” kata Netanyahu.
Dia pun menegaskan akan tetap melakukan serangan kepada organisasi militan Palestina, Hamas.
Adapun upaya diplomatik seperti seruan jeda kemanusiaan oleh AS ini dilakukan ketika komandan militer Israel mengungkapkan pasukannya telah mengepung Gaza dan terlibat dalam ‘pertempuran perkotaan yang kompleks’.
Baca juga: 1.200 Anak-anak Gaza Palestina Masih Terkubur di Reruntuhan Bangunan Akibat Serangan Militer Israel
Seperti diketahui, serangan balasan Israel dilakukan setelah Hamas menyerang pertama kali pada 7 Oktober 2023 lalu dan menyebabkan 1.400 warga Israel tewas dan 240 orang menjadi sandera.
Sementara, serangan balasan Israel telah membuat setidaknya 9.200 orang di Gaza tewas, berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan Hamas.
Kembali lagi terkait kunjungan Blinken ke Tel Aviv, dia menyampaikan dukungan berkelanjutan dan meminta Israel mengambil langkah nyata untuk melindungi warga sipil Palestina.
“Sejumlah pertanyaan sah muncul dalam diskusi kami hari ini, termasuk bagaimana menggunaakn periode jeda untuk memaksimalkan aliran bantuan kemanusiaan, bagaimana menghubungkan jeda tersebut edngan pembebasan sandera, bagaimana memastikan bahwa Hamas tidak menggunakan hal-hal tersebut, jeda atau pengaturan yang menguntungkan diri sendiri,” kata Blinken dalam konferensi pers.
Blinken mencatat ada lebih dari 100 truk bantuan telah masuk ke Gaza dalam 24 jam terakhir, tetapi tidak ada satupun yang diizinkan untuk menyalurkan bantuan itu.
Dia juga mengatakan bahwa AS telah meminta Israel terkait meminimalisir kematian warga sipil sambil melakukan serangan kepada Hamas.
Selain itu, adapula bahasan terkait penyaluran bantuan lebih banyak lagi menuju Gaza.
Namun, Netanyahu tetap bersikukuh untuk tidak mengizinkan masuknya bantuan seperti bahan bakar ke jalur Gaza.
Ditambah, dia juga menolak semua pembahasan terkait rencana gencatan senjata.
Baca juga: BREAKING NEWS: Pidato Pimpinan Hizbullah Hassan Nasrullah soal Gaza, Sebut Israel Hanya Alat AS
Di sisi lain, Blinken juga telah menyatakan Israel akan aman ketika Palestina dideklarasikan sebagai negara.
“Dua negara untuk dua bangsa. Sekali lagi, itulah satu-satunya cara untuk menjamin keamanan abadi bagi Yahudi dan Israel,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Blinken juga mengatakan bahwa Israel memiliki hak dan wewenang untuk mempertahankan negaranya dan menjamin kejadian 7 Oktober lalu tidak terjadi lagi.
Sementara Presiden Israel, Isaac Herzog, telah memperingatkan warga sipil Gaza terkait adanya serangan udara dan meminta agar menjauhi zona yang berada di utara.
Herzog juga mengatakan telah berupaya sepenuhnya untuk membebaskan warga Israel maupun warga negara asing (WNA) yang disandera oleh Hamas.
“Begitu banyak orang, baik warga Israel, Amerika, dan warga negara lainnya, dan kami bertekad untuk melakukan segala yang kami bisa untuk membebeaskan mereka kembali dengan selamat ke keluarga dan orang-orang yang mereka cintai,” kata Herzog.
Sementara, pejabat Gedung Putih kemudian mengadakan panggilan konferensi dengan wartawan dan mengatakan Hamas telah menghalangi warga asing meninggalkan Gaza.
Baca juga: Israel Mengebom Iring-iringan Ambulans Dekat Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza
Sehingga, harapan untuk membebaskan para sandera akan menyebabkan ‘jeda yang sangat signifikan’ dalam serangan Israel, kata salah satu pejabat AS.
Di sisi lain, tekanan politik juga dihadapi Presiden AS, Joe Biden dari oposisi pada Jumat (3/10/2023).
Salah satunya adalah dari anggota DPR AS, Rashida Tlaib yang menuding Biden mendukung genosida terhadap warga Palestina setelah menolak untuk melakukan gencatan senjata.
“Dukung gencatan senjata atau tidak memperoleh dukungan dari kita di Pemilu 2024,” katanya.
Lebih lanjut, diplomat akan bertemu dengan pemimpin Arab untuk mendiskusikan soal aksi Israel di Gaza.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel