TRIBUNNEWS.COM, ANKARA- Turki memanggil pulang duta besarnya untuk Israel Sakir Ozkan Torunlar imbas serangan Israel ke Gaza.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan memutuskan komunikasi dengan Perdana Menteri Netanyahu. Namun demikian, Turki tidak memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena konflik di Gaza.
Pemerintah Turki mengatakan penarikan duta besar tersebut guna berkonsultasi terkait pengeboman yang tiada henti yang dilancarkan Israel di Gaza dan semakin memburuknya situasi kemanusiaan di kantong yang telah terkepung.
Baca juga: Arab Saudi Marah Lihat Kondisi di Gaza, Apa Aksi Mereka Saat Israel Tolak Gencatan Senjata?
Presiden Erdogan mengatakan memutuskan komunikasi dengan PM Netanyahu pada Jumat (3/11/2023).
"Netanyahu bukan lagi seseorang yang bisa kita ajak bicara. Kami telah menghapusnya," demikian pernyataan Erdogan yang dikutip Aljazeera dari media turki.
Turki memastikan hubungan kedua negara tetap berjalan. Intelijen turki masih menjalin kontak dengan Israel dan otoritas Palestina.
Bulan lalu, para diplomat Israel telah meninggalkan Turki karena alasan keamanan akibat aksi unjuk rasa pro Palestina meletus di penjuru negara.
15 Orang Tewas dan 60 Orang Luka-luka akibat serangan Israel
15 orang tewas akibat serangan udara tentara Israel yang menyasar konvoi ambulans di Jalur Gaza, Jumat (3/11/2023).
Selain korban tewas, serangan itu juga menyebabkan 60 warga menderita luka-luka.
Pejabat setempat mengatakan ambulans tersebut mengangkut pasien kritis dari Rumah Sakit al-Shifa ke perlintasan batas Rafah dengan Mesir.
Baca juga: Bombardemen Israel Berdalih Hajar Sarang Hamas di Gaza: Sasar Sekolah, Kamp Pengungsian, Ambulans
"Korban-korban tersebut berada di dalam ambulans tersebut. Itu adalah konvoi medis," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, waktu setempat.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengutuk serangan Israel yang menargetkan ambulans tersebut.
Ambulans tersebut diketahui empat unit milik Kementerian Kesehatan dan satu unit milik PRCS.
PRCS mengatakan satu dari ambulans milik Kementerian Kesehatan menjadi target serangan misil Israel berjarak satu kilo meter dari rumaha sakit.
Sementara ambulans PRCS dihantam misil tentara Israel sekitar dua meter dari gerbang rumah sakit.
Shadi al-Taif, petugas medis PRCS, menderita luka ringan akibat pecahan peluru di kakinya.
Sementara sopir ambulans Ahmad al-Madhoon menderita memar di dada.
PRCS mengatakan menargetkan tim medis merupakan pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa, sebuah kejahatan perang.
Baca juga: Meutya Hafid: Hentikan Perang di Gaza, Segera Distribusikan Bantuan Bagi Rakyat Gaza
Seorang fotografer Palestina Abdul Hakim Abu Reyash mengatakan saat serangan udara tersebut datang, banyak orang yang berada di luar Rumah Sakit al-Shifa.
Hal itu menyebabkan serangan tersebut menyebabkan korban tewas di pihak sipil.
Dia membahkan bawah warga yang terluka yang diangkut ambulans kebanyakan adalah perempuan.
Sejak perang pada 7 oktober lalu, lebih dari 9,227 warga Palestina di Gaza tewas. Sementara lebih dari 1,400 orang di Israel tewas. (Aljazeera)