News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Miris! Korban Serangan Israel di Gaza Dioperasi Gunakan Air Cuka

Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina menemukan jenazah seorang anak dari reruntuhan bangunan, di Khan Yunis pada 6 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Ribuan warga sipil, baik warga Palestina maupun Israel, telah tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza memasuki Israel selatan dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memicu perang yang diumumkan oleh Israel terhadap Hamas dengan pemboman balasan di Gaza. (Photo by Mahmud HAMS / AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews, Agave Boniarce Veva Situmorang

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Beberapa dokter di Gaza telah melakukan operasi, termasuk amputasi tanpa anestesi.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara World Health Organization (WHO), Christian Lindmeier di Jenewa, Swiss, Rabu (8/11/2023).

“Tidak ada yang bisa membenarkan kengerian yang dialami warga sipil di Gaza,” kata Lindmeier dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, Swiss.

Baca juga: MER-C: Israel Bikin Kebohongan Publik Seolah Rumah Sakit Indonesia Punya Bunker BBM untuk Hamas

Melalui konferensi pers tersebut, Lindmeier juga menegaskan kembali seruan PBB untuk memberikan setidaknya 500 truk bantuan setiap harinya yang tidak hanya melintasi perbatasan, tetapi harus sampai ke para pasien di rumah sakit.

“Lebih dari 160 petugas kesehatan meninggal saat bertugas merawat mereka yang sakit dan terluka. Mereka adalah orang-orang yang menjaga sistem kesehatan melalui dedikasinya,” katanya.

Sejak terjadinya penyerangan brutal oleh Israel terhadap Gaza serta penutupan akses listrik dan pasokan dasar banyak rumah sakit di Gaza yang terpaksa harus ditutup. Disisi lain, rumah sakit yang masih dibuka juga telah menjadi tempat penampungan dan panti asuhan sementara.

Baca juga: Pasukan Israel sudah berada ‘di jantung Kota Gaza‘, apakah Gaza akan segera jatuh ke tangan Israel?

Dalam beberapa kasus, anak-anak tiba di rumah sakit setelah seluruh keluarga mereka terbunuh dalam perang, atau menyaksikan orang tua mereka meninggal di brankar, atau di lantai keramik rumah sakit.

Staf medis juga telah merawat beberapa anak tersebut hingga kerabat mereka datang untuk menjemput.

Dengan kondisi ini, para dokter dituntut untuk mengambil keputusan cepat di tengah jeritan anak-anak kecil yang menjalani amputasi atau operasi otak tanpa anestesi, maupun air bersih untuk mencuci luka mereka.

Selain itu, karena makanan di Gaza sekarang sangat langka, para staf medis mengatakan, mereka hanya makan satu kali sehari, jika rumah sakit dapat menyediakannya, dan tidur di lorong rumah sakit bersama ribuan pengungsi yang mencari perlindungan di bangsal medis di seluruh Jalur Gaza.

“Tim kami kelelahan secara fisik dan psikologis,” kata Basem al Najjar, wakil kepala RS Al-Aqsa di kota Deir Al Balah di Gaza Tengah.

Sementara itu, dalam wawancara dengan para dokter di empat rumah sakit di Gaza, mereka mengatakan, kurangnya persediaan air bersih dan yodium membuat luka pasien menjadi kotor, dan penampakan belatung yang menggigit daging pasien yang hangus dan terkoyak adalah kasus yang sering terjadi.

Mengutip keterangan dokter lain di beberapa rumah sakit, beberapa pasien yang mengalami serangan jantung juga tidak dapat diresusitasi karena staf medis memilih untuk menangani pasien yang memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup.

Baca juga: Israel Klaim Berhasil Tembus Jantung Kota Gaza, Kini Cari Terowongan Bawah Tanah Hamas

Tidak hanya itu, karena penutupan akses listrik, Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, melakukan operasi dengan hanya memakai cahaya dari senter ponsel, dan dengan tidak adanya stok yodium, mereka terpaksa menggunakan cuka sebagai penggantinya.

Situasi memprihatinkan ini tidak hanya menimpa para dokter dan perawat, namun juga tenaga medis lainnya.

Mengutip keterangan seorang pengemudi ambulans, akibat akses telekomunikasi yang juga telah diputus oleh militer Israel, mereka sering kali harus mengejar suara tembakan dan serangan udara untuk mengetahui lokasi kejadian serta memberikan bantuan.

“Kami pikir ini adalah kesalahan seluruh umat manusia yang tidak mampu memberikan bantuan medis yang berkelanjutan kepada kami. Orang yang datang kesini, kami tidak dapat menyelamatkan mereka semua,” kata Mohammed Qandil, konsultan pengobatan darurat dan perawatan kritis di RS Nasser, Gaza selatan. (alarabiya/nytimes/cnn)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini