TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari mengatakan, sebanyak 50.000 warga Palestina meninggalkan Kota Gaza bagian utara pada hari ini, Kamis (9/11/2023).
Pemindahan warga ini dilaksanakan setelah pasukan Israel membuka kembali jalan Salah el-Din, jalan utama menuju jalur Gaza selatan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membiarkan jalan tersebut tetap terbuka selama 5 jam pada hari ini.
Meski demikian, Daniel mengatakan tidak ada gencatan senjata, dikutip dari BBC.
Hanya ada jeda kemanusiaan untuk warga Palestina berpindah ke bagian selatan.
Sebelumnya, sebanyak 15.000 orang juga berpindah dari Gaza utara ke Gaza selatan melalui jalan yang sama pada hari Selasa, (7/9/2023).
Mereka meninggalkan Gaza utara dengan berjalan kaki, sembari mengibarkan bendera putih dan bergerak ke selatan untuk mencari perlindungan yang semakin sulit diperoleh.
"Pada saat yang sama, kami melihat ribuan orang bergerak ke selatan – bukan konvoi mobil. Mereka sedang berjalan. Mereka mengibarkan bendera putih karena takut diserang. Mereka bergerak bersama dalam kelompok besar – dengan keyakinan bahwa jumlah mereka akan aman – dalam perjalanan putus asa ke selatan menuju masa depan yang mereka tidak tahu apa yang akan terjadi," kata kata Alan Fisher dari Al Jazeera.
Pada hari Rabu, (8/9/2023), militer Israel memberi waktu empat jam kepada penduduk Gaza utara untuk pergi ke selatan.
Tidak diketahui berapa banyak warga yang masih berada di wilayah Kota Gaza.
Berdasarkan informasi yang diterima Fisher dari tentara Israel, ada sekitar 100.000 orang tersisa di jalur Gaza utara, dibandingkan dengan sebelumnya satu juta orang.
Informasi Terkini Konflik Palestina - Israel
- Israel mulai menyerang Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menyebabkan 1.400 orang terbunuh dan lebih dari 200 orang disandera.
- Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan jumlah orang yang tewas di Gaza telah meningkat menjadi 10.569 sejak Israel memulai respons militernya terhadap serangan 7 Oktober.
- Kandidat Partai Republik AS menyuarakan dukungan bagi Israel dalam perang melawan Hamas dan menolak seruan gencatan senjata di Gaza
- Sementara itu, sebuah sumber mengatakan kepada BBC bahwa diskusi sedang berlangsung mengenai pembebasan 12 sandera, setengah dari mereka adalah warga negara Amerika, dengan imbalan jeda kemanusiaan selama tiga hari dalam pertempuran.
- Namun PM Israel Benjamin Netanyahu menampik “rumor palsu” dan mengatakan tidak akan ada gencatan senjata “tanpa pembebasan sandera kami”
(Tribunnews.com, Widya)