News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Kurangnya Pasokan Listrik, 2 Bayi Prematur di RS Al-Shifa Meninggal

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang bayi Palestina menerima perawatan di dalam inkubator di unit perawatan intensif di rumah sakit al-Shifa yang mengalami pemadaman listrik besar-besaran di Kota Gaza pada tanggal 23 Oktober 2014. Rumah sakit tersebut menggunakan generator untuk menyediakan pasokan listrik secara terus menerus.

TRIBUNNEWS.COM - Direktur RS Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya mengatakan dua bayi prematur meninggal setelah unit perawatan intensif neonatal berhenti bekerja karena kekurangan listrik.

Sementara 37 bayi lainnya yang dirawat di unit perawatan intensif neonatal berisiko kehilangan nyawa karena rumah sakit kehabisan bahan bakar untuk menyalakan inkubator mereka.

“Sayangnya, kami kehilangan dua dari 39 bayi karena pemadaman listrik,” kata Abu Salmiya, dikutip dari Al Jazeera.

Abu Salmiya mengatakan bayi-bayi prematur ini sangat membutuhkan perawatan intensif.

“Kita berbicara tentang bayi prematur yang memerlukan perawatan sangat intensif," jelasnya.

Ia menjelaskan, kedua bayi prematur yang meninggal dunia ini dikarenakan pasokan listrik yang habis membuat suhu hangat dan aliran oksigen di inkubator tidak dapat berfungsi.

Baca juga: Rumah Sakit Al-Shifa Berhenti Beroperasi, 39 Bayi Tewas di Inkubator Karena Kekurangan Oksigen

“Mereka meninggal karena suhu rendah dan kekurangan oksigen. Kami sekarang menggunakan metode primitif untuk menjaga mereka tetap hidup,” jelas Abu Salmiya.

RS Al-Shifa memiliki pasokan listrik sedikit yang hanya cukup hingga pagi ini.

“Kami punya listrik sampai pagi. Begitu listrik padam, bayi-bayi yang baru lahir ini akan meninggal sama seperti anak-anak lainnya,” terang Abu Salmiya.

Seorang ahli bedah di RS Al-Shifa mengatakan seorang pasien dewasa yang harus dibantu menggunakan alat ventilatorjuga meninggal dunia karena kurangnya pasokan listrik.

Obied mengatakan saat ini membutuhkan bantuan untuk mengevakuasi 600 pasien rawat inap di RS Al-Shifa.

“Kami ingin seseorang memberi kami jaminan bahwa mereka dapat mengevakuasi pasien, karena kami memiliki sekitar 600 pasien rawat inap,” katanya, dalam rekaman audio yang diposting oleh badan amal medis Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF).

Sebanyak 39 bayi yang berada di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, Palestina dilaporkan meninggal. Sejumlah besar meninggal di inkubator karena kehabisan oksigen. Rumah Sakit AL-Shifa melaporkan telah berhenti beroperasional pada Sabtu (11/11/2023) siang karena kehabisan bahan bakar. (tangkap layar twitter)

Baca juga: Israel Kepung RS Al-Shifa, 100 Jasad Terpaksa Dikubur secara Massal di Dalam Area

Seorang Ayah Harus Terpisah dengan 2 Bayi Perematurnya

Ayah dari dua bayi prematur Mira dan Dahab, Ismail Yassin megatakan ia harus terpisah dengan bayinya yang berusia 33 hari.

Hal tersebut lantaran kedua bayi yang berusia 33 hari itu membutuhkan perawatan intensif di inkubator.

Sementara dirinya dan sang istri harus mengungsi ke Gaza selatan.

“Mereka harus tetap tinggal di inkubator di al-Shifa. Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya. Saya tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak-anak saya yang baru lahir,” katanya.

Ia kemudian meminta kepada Palang Merah dan organisasi internasional untuk membantu memindahkan anak-anaknya.

“Saya ingin informasi tentang putri saya. Saya harap mereka baik-baik saja. Saya ingin seseorang memindahkan gadis-gadis dari al-Shifa ke saya dan ibu mereka di selatan,” pintanya.

Abu Salmiya mengatakan saat ini rumah sakit dan Palang Merah sedang mencoba mengatur evakuasi.

Pasalnya, RS Al-Shifa saat ini dikepung oleh Israel.

“Saat kami berkomunikasi dengan Palang Merah, meminta perlindungan dari mereka, mereka memberi kami izin untuk memindahkan bayi-bayi tersebut ke tempat lain dalam waktu satu jam,” terangnya.

Apabila mereka sudah mendapat persetujuan, maka Abu Salmiya meminta adanya transportasi yang aman bagi bayi-bayui tersebut.

"Kami membutuhkan jalan keluar yang aman dan transportasi yang aman dengan ambulans dan inkubator untuk menjaga mereka tetap hidup. Jika jaminan ini diberikan oleh Palang Merah, kami akan melakukan hal ini.” jelasnya.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini