Karim mengatakan, apabila hujan tidak berhenti maka akan menambah penderitaan para pengungsi.
“Jika hal ini terjadi maka akan sangat sulit dan kata-kata tidak akan mampu menggambarkan penderitaan kami," tambahnya.
Baca juga: Selain Gaza, Israel Gelar Agresi Besar di Tulkarem Tepi Barat, Bawa Buldoser dan Drone
Juru bicara Dewan Pengungsi Norwegia, Ahmed Bayram, mengatakan musim hujan menadai minggu tersulit di Gaza sejak eskalasi dimulai.
Hujan yang mengguyur akan membuat pencarian korban terhambat.
“Hujan lebat akan menghambat pergerakan masyarakat dan tim penyelamat,” katanya.
“Ini akan membuat lebih sulit untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan, atau menguburkan orang mati, semua ini terjadi di tengah pemboman yang tak henti-hentinya dan bencana kekurangan bahan bakar,” jelasnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada pekan lalu, Gaza menghadapi peningkatan risiko penyebaran penyakit karena pemboman yang terus diluncurkan Israel.
Pemboman ini sangat mengganggu sistem kesehatan, menghambat akses air bersih, dan menyebabkan orang berkumpul di tempat pengungsian.
Mereka mengungkapkan hujan dapat menyebabkan banjir dan fasilitas pembuangan limbah yang sudah terbatas dan rusak.
Juru bicara WHO di Jenewa, Margaret Harris, mengatakan wabah diare telah melanda Gaza.
“Kita sudah mengalami wabah penyakit diare,” jelasnya.
Margaret Harris menjelaskan, kasus diare di Gaza terus meningkat.
Ada lebih dari 30.000 kasus diare pada periode dimana WHO biasanya memperkirakan 2.000 kasus.
Oleh karena itu, ia meminta untuk segera dilakukan gencatan senjata.
“Kami mengalami banyak kerusakan infrastruktur. Kita kekurangan air bersih. Kita mempunyai orang-orang yang sangat, sangat berkumpul bersama."
"Ini adalah alasan lain mengapa kami memohon agar gencatan senjata dilakukan sekarang,” tutupnya.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel