TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim menemukan peralatan militer termasuk senjata dalam penyerangan ke Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza pada Rabu (15/11/2023).
Hal ini diklaim oleh juru bicara IDF, Daniel Hagari.
Selain peralatan militer, Hagari juga mengklaim menemukan seragam dari organisasi militan Palestina, Hamas.
"Di dalam rumah sakit, kita menemukan senjata, peralatan intelijen, dan peralatan militer."
"Kita juga menemukan markas operasional dengan peralatan komando dan seragam milik Hamas," katanya dikutip dari Times of Israel.
IDF pun lantas mempublikasi foto senjata, granat, dan peralatan lainnya yang diklaim olehnya ditemukan di RS Al-Shifa.
Berdasarkan temuan ini, IDF menuding Hamas telah melanggar hukum internasional.
"Temuan ini dengan tegas membuktikan bahwa rumah sakit tersebut digunakan untuk teror, dan merupakan pelanggaran hukum," kata Hagari.
Selain foto, sebuah video berdurasi 6 menit 59 detik juga diunggah oleh IDF di akun X resminya pada Kamis (16/11/2023).
Baca juga: Habis Foto-Foto, Tentara Israel Hancurkan Gedung DPR Palestina di Gaza Sambil Bersorak di Parit
Dalam video tersebut, juru bicara IDF lainnya, Jonathan Conricus yang berada di dalam gedung RS Al-Shifa mengklaim pihaknya menemukan tiga tas ras ransel yang tersembunyi di sekitar laboratorium MRI.
Dalam tas tersebut, Conricus mengklaim berisi senapan serbu, granat, seragam hamas, serta sejumlah magasin dari senapan serbu milik Hamas.
Selain itu, ditemukan pula sebuah laptop yang selanjutnya akan diteliti dan diselidiki.
"Senjata ini tentu tidak ada gunanya jika berada di dalam rumah sakit," kata Conricus.
Pasca penemuan ini, IDF menyebut akan terus melakukan operasi di RS Al-Shifa untuk mencari informasi intelijen dan aset Hamas, serta mencari sejumlah sandera yang belum ditemukan.
Namun, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas membantah klaim tersebut, dan mengatakan pasukan Israel “tidak menemukan peralatan atau senjata apa pun di rumah sakit.”
“Pada dasarnya kami tidak mengizinkan senjata di rumah sakit mana pun," kata Direktur Kementerian Kesehatan Munir al-Bursh dalam sebuah pernyataan, dilansir alarabiya.net.
AFP juga tidak dapat memverifikasi foto-foto tersebut secara independen.
Kementerian mengatakan tentara Israel justru menghancurkan peralatan medis yang hanya ada di rumah sakit itu dan menahan dua insinyur yang bekerja di bagian oksigen dan pasokan listrik rumah sakit.
IDF Serang RS Al-Shifa, 2.500 Orang Terjebak, Buat Anak-anak Teriak Ketakutan
IDF sudah mulai menyerang RS Al-Shifa sejak Rabu (15/11/2023) kemarin dengan mengerahkan tank serta senjata berat.
Dikutip dari Aljazeera, tentara IDF pun masuk ke dalam gedung utama RS Al-Shifa seperti ruang IGD, ruang operasi, dan ruang bersalin.
Mereka menginterograsi dokter dan staf medis satu persatu.
Sementara berdasarkan informasi terakhir dari Kementerian Kesehatan Gaza, ada sekitar 2.500 orang di dalam RS Al-Shifa.
Mereka termasuk staf medis, 600 pasien luka-luka, dan 36 bayi yang baru lahir.
Selain itu, ada beberapa pengungsi yang turut berada di RS Al-Shifa.
Baca juga: Israel Klaim Gelar "Operasi Tepat Sasaran" Memburu Hamas di RS Al-Shifa
Direktur Rumah Sakit di Gaza, Mohammed Zaqout pun mengungkapkan bahwa semua pasien termasuk anak-anak ketakutan ketika pasukan Israel merangsek masuk ke dalam RS Al-Shifa.
"Mereka ketakutan. Ini merupakan situasi yang menakutkan. Kita tidak dapat melakukan apapun untuk pasien dan hanya mampu berdoa," katanya.
Sedangkan salah satu dokter di RS Al-Shifa, Munir Al-Barsh mengaku sempat merekam pembicaraan antara dirinya dengan tentara Israel yang sudah masuk ke dalam gedung.
Dia mengatakan kepada tentara Israel bahwa apa yang dilakukan dengan masuk ke RS Al-Shifa membuat orang-orang ketakutan.
"Anda (tentara Israel) berada di dalam rumah sakit justru akan menciptakan ketakutan masal di antara pasien di sini," katanya.
Munir menjelaskan seluruh lantai di RS Al-Shifa telah penuh dengan pasien hingga pengungsi.
Baca juga: Cerita Mengerikan Seorang Dokter Saat Israel Meluncurkan Serangan ke Rumah Sakit Al-Shifa Gaza
Pernyataannya ini sekaligus menepis tudingan militer Israel bahwa RS Al-Shifa menjadi markas organisasi militan Palestina, Hamas.
"Semua lantai rumah sakit penuh dengan orang dari lantai satu hingga enam. Anda (pasukan Israel) terus mengatakan jika ini akan menimbulkan masalah bagi Anda."
"Kalau mau masuk dan lihat sendiri, rumah sakitnya penuh orang. Unit penerimaan dan operasi penuh dengan pengungsi. Unit dialisis penuh dengan orang hingga (ruang) persalinan, radiologi, dan administrasi penuh."
"Di unit luka bakar, di sisi kanan rumah sakit, penuh dengan pasien dan juga pengungsi," kata Munir ke tentara Israel dalam rekaman tersebut.
Tidak Ada Perlawanan
Sementara, berdasarkan laporan jurnalis Aljazeera di RS Al-Shifa, tidak ada perlawanan yang dilakukan orang-orang yang berada di dalam gedung.
"Pasukan Israel mencoba untuk membunuh siapapun yang mencoba masuk. Tidak ada yang bisa melakukan apa-apa."
"Orang-orang tidak memiliki daya melawan mereka," kata jurnalis Aljazeera tersebut.
Selain itu, tudingan adanya terowongan di bawah gedung RS Al-Shifa juga tidak terbukti adanya.
"Beberapa laporan dari reporter Amerika Serikat mengungkapkan adanya terowongan di dalam rumah sakit. Itu tidak ada yang benar," katanya.
Baca juga: Desak Hamas Segera Menyerah, Israel Gempur Rumah Sakit Al Shifa di Gaza
Diketahui, Israel menuding bahwa RS Al-Shifa dan beberapa rumah sakit lain di Gaza menjadi markas dari Hamas.
Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara milier Israel, Daniel Hagari.
"Hamas beroperasi di bawah RS Al Shifa dan rumah sakit lain di Gaza," katanya.
Israel pun mengklaim memiliki bukti berupa foto, ilustrasi peta, dan rekaman suara bahwa rumah sakit di Gaza menjadi markas Hamas.
Israel mengklaim Hamas menggunakan rumah sakit untuk merencanaknan operasi dan menyembunyikan tentara.
Hamas, otoritas kesehatan, dan pejabat Rumah Sakit Al-Shifa membantah bahwa kelompok bersenjata bersembunyi di dalam atau di bawah kompleks rumah sakit tersebut.
Di sisi lain, militer Israel telah berulang kali memerintahkan untuk dilakukan evakuasi di rumah sakit tersebut, sehingga justru memicu kecaman dari kelompok kemanusiaan yang mengatakan fasilitas medis harus terhindar dari segala pertempuran.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel