TRIBUNNEWS.COM - Iran memamerkan rudal hipersonik terbarunya, yang diberi nama “Fattah II,” pada Minggu (19/11/2023) media pemerintah melaporkan.
Di saat yang sama, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei meminta negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan politik dengan Israel sebagai tanggapan atas perangnya di Gaza.
Mengutip alarabiya.net, Fattah II merupakan rudal terbaru milik unit kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
“Fattah II” digambarkan oleh media pemerintah Iran sebagai rudal hipersonik dengan kemampuan meluncur, yang termasuk dalam kategori senjata hipersonik HGV.
Rudal hipersonik pertamanya, Fattah, telah diperkenalkan pada Juni lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Khamenei mendesak negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan politik dengan Israel.
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Sebut Israel Menderita Kekalahan dan Gagal Hancurkan Hamas
“Pemerintahan Islam harus memutuskan hubungan politik mereka dengan rezim Zionis setidaknya untuk jangka waktu terbatas,” kata Khamenei.
Dia juga meminta negara-negara Muslim untuk menghalangi aliran energi dan barang ke Israel.
Awal bulan ini, Khamenei mendesak negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel dan menyerukan “pemblokiran ekspor minyak dan makanan.”
Iran disebut-sebut sebagai sumber dukungan finansial dan militer utama bagi Hamas.
Iran memuji serangan Hamas pada 7 Oktober namun menyangkal keterlibatannya dalam perencanaan ataupun pelaksanaan serangan tersebut.
Israel telah lama menuduh Iran memperburuk kekerasan dengan memasok senjata ke Hamas.
Iran menolak mengakui Israel dan menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai komponen fundamental kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam tahun 1979.
Khamenei Sebut Israel Gagal
Selain meminta negara-negara Islam memutus hubungan politik dengan Israel, Khamenei juga mengatakan "kekalahan rezim Zionis (Israel) di Gaza adalah sebuah fakta."
“Maju dan masuk ke rumah sakit atau rumah penduduk bukanlah sebuah kemenangan, karena kemenangan berarti mengalahkan pihak lain,” ujarnya, dilansir DW.
Baca juga: PM Netanyahu Tuding Iran di Balik Pembajakan Kapal Jepang di Laut Merah
Khamenei menyebut Israel sejauh ini gagal dalam mencapai tujuan yang dinyatakannya untuk menghancurkan Hamas meskipun terjadi pemboman besar-besaran di Gaza.
“Ketidakmampuan ini mencerminkan ketidakmampuan Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang mendukung Israel," tambahnya.
Korps Garda Revolusi Iran Tunggu Aba-aba Khamenei untuk Berperang di Gaza, tapi Harapkan Jalan Lain
Diberitakan sebelumnya, Komandan Koordinator Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Brigadir Jenderal Mohammad Reza Naqdi menyatakan bahwa pasukannya dengan sabar menunggu perintah dari Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei untuk bergabung dalam perang di Gaza.
Namun, Naqdi tetap berharap penggunaan metode “non-militer” untuk memberikan tekanan terhadap Israel, lapor media pemerintah Iran, dikutip aawsat.com (16/11/2023).
Seorang wakil di parlemen Iran menyatakan bahwa Poros Perlawanan, aliansi kelompok-kelompok yang menentang Israel dan pengaruh AS di Timur Tengah, mungkin akan menargetkan jalur maritim, kapal Israel, dan sekutunya jika perang meluas.
Naqdi, berbicara pada konferensi yang diselenggarakan oleh IRGC mengenai Gaza, menekankan bahwa meskipun Iran tidak mengerahkan pasukan ke Palestina, hal ini tidak berarti mereka berdiam diri di rumah.
“Bahkan sebelum mendapat perintah berangkat ke Gaza, kami akan membantu para pejuang dengan cara lain,” tegasnya.
Naqdi menyarankan pihak-pihak yang terlibat dalam perang dengan Israel untuk melakukan “operasi yang sepenuhnya saling melengkapi”.
Baca juga: Komandan AU Garda Revolusi Iran: Brigade Al-Qassam dan Al-Quds dalam Kondisi Baik, Kami Bersiap
Ia menyatakan bahwa “Zionis menerima pukulan menyakitkan dari perlawanan dan menggali kuburan mereka sendiri di setiap meter tanah Gaza.”
“Perlawanan Palestina telah mempersiapkan diri untuk perang jangka panjang, di perang darat menanti, dan mereka masih mempertahankan kesiapannya,” tambah Naqdi.
Dia menyerukan untuk mengaktifkan mekanisme hukum, peradilan, medis, kemanusiaan, dan diplomatik untuk mendukung warga Gaza.
Dia mengungkapkan bahwa IRGC telah meminta Türkiye dan beberapa negara regional untuk menutup pangkalan militer dan intelijen Amerika dan Israel.
Selain itu, Naqdi memuji peran diplomasi selama perang Gaza.
“Langkah-langkah diplomatik kami harus terus berlanjut sampai Israel dikeluarkan dari Dewan Keamanan,” katanya.
Sementara itu, pengadilan Iran menyerukan hukuman yang lebih tegas terhadap mata-mata Israel dan AS yang ditangkap di Iran.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)