Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – UNICEF baru-baru ini menetapkan Jalur Gaza sebagai tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.
Hal itu tak terlepas dari konflik antara Israel-Hamas yang masih berlangsung hingga saat ini dan membuat ribuan anak-anak menjadi korban dari perang tersebut.
Direktur eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan lebih dari 5.300 anak dilaporkan telah terbunuh di Gaza sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang merupakan 40 persen dari kematian tersebut.
Baca juga: Terungkap, AS Lah yang Berikan Koordinat Lokasi Saat Israel Bombardir Rumah Sakit di Gaza
“Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Russell, yang baru saja melakukan perjalanan ke Gaza Selatan.
"Saya dihantui oleh apa yang saya lihat dan dengar,” sambungnya.
Russell menyambut baik kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas yang dicapai pada Rabu (22/11/2023) untuk membebaskan sandera dan menghentikan pertempuran sengit dan pemboman di Gaza.
Meski begitu, Russell mengatakan jeda saja tidak cukup dan menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan yang mendesak untuk segera menghentikan pembantaian ini”.
“Agar anak-anak dapat bertahan hidup, agar pekerja kemanusiaan tetap tinggal dan memberikan pertolongan secara efektif, maka jeda kemanusiaan saja tidak cukup,” katanya.
Russell juga memperkirakan 1.200 anak lainnya diyakini masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang dibom atau belum ditemukan.
“Selain bom, roket, dan tembakan, anak-anak Gaza berada pada risiko ekstrem akibat kondisi kehidupan yang sangat buruk,” ujar Russell
“Satu juta anak atau seluruh anak di wilayah itu kini mengalami kerawanan pangan dan menghadapi krisis gizi yang bisa menjadi bencana besar,” pungkasnya.