Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Israel dan militan Palestina Hamas akan memulai gencatan senjata selama empat hari pada Jumat (24/11/2023) pagi, dengan kelompok pertama yang terdiri dari 13 sandera wanita dan anak-anak Israel dibebaskan pada hari itu juga.
“Gencatan senjata akan dimulai pada pukul 7 pagi waktu setempat dan melibatkan gencatan senjata komprehensif di Gaza utara dan selatan,” kata mediator Qatar.
Baca juga: Jeda pertempuran Israel dan Hamas akan dimulai, bagaimana nasib RS Indonesia dan tiga WNI?
“Kami semua berharap gencatan senjata ini akan memberikan peluang untuk memulai upaya yang lebih luas untuk mencapai gencatan senjata permanen,” sambungnya.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika menyebut gencatan senjata itu sebagai “momen penuh harapan”, sembari mengatakan upaya untuk membebaskan semua sandera akan terus dilakukan.
Sementara itu, militer Israel mengatakan pasukannya akan tetap berada di belakang garis gencatan senjata di Gaza, tanpa memberikan rincian mengenai posisinya.
“Ini akan menjadi hari-hari yang rumit dan tidak ada yang pasti. Bahkan selama proses ini mungkin ada perubahan,” kata Daniel Hagari, juru bicara militer Israel.
“Kontrol atas Gaza utara adalah langkah pertama dari perang yang panjang, dan kami sedang mempersiapkan tahap selanjutnya,” sambungnya.
Israel sendiri telah menerima daftar awal sandera yang akan dibebaskan dan telah menghubungi keluarga mereka.
Pertempuran Berlanjut
Menjelang gencatan senjata, pertempuran terus berlanjut dengan intensitas yang lebih besar dari biasanya, dengan jet Israel menghantam lebih dari 300 sasaran dan tentara terlibat dalam pertempuran sengit di sekitar kamp pengungsi Jabalia di utara Kota Gaza.
Pada saat itu, militer Israel mengatakan operasi akan terus berlanjut sampai pasukan menerima perintah untuk berhenti.
Baca juga: Jeda pertempuran Israel dan Hamas akan dimulai, bagaimana nasib RS Indonesia dan tiga WNI?
Israel telah melancarkan invasi dahsyat ke Gaza setelah Hamas menyerbu pagar perbatasan pada 7 Oktober 2023. Sejak itu, sekitar 13.000 warga Gaza telah terbunuh akibat pemboman Israel, di mana sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, menurut otoritas kesehatan Palestina.