Remaja lainnya, Qusay Taqatqa (17) dari Betlehem, mengatakan ia dan rekan-rekannya di penjara mendengar operasi Hamas pada 7 Oktober 2023 melalui siaran berita.
Setelah itu, pihak Israel menarik televisi dan radio dari dalam sel penjara dan perlakuan mereka berubah total terhadap para tahanan.
"Perlakuan petugas penjara sangat biadab selama 50 hari. Mereka merampas semua barang kami dan melarang keluarga mengunjungi kami," katanya.
Tahanan lainnya, Omar Al Shwaiki mengatakan Israel menangkapnya saat berusia 15 tahun.
"Kami sangat menderita karena kondisi penahanan yang tidak manusiawi di penjara Israel dan kondisi penahanan kami sangat keras," katanya.
Hamas Palestina vs Israel
Baca juga: Cerita Relawan Indonesia di Gaza, Tank Israel Terus Tembaki RS Indonesia dengan Jarak 50 Meter
Kesepakatan pembebasan 50 sandera Hamas dan 150 tahanan Palestina di penjara Israel ini menyusul pemboman Israel yang masif di Jalur Gaza.
Israel menanggapi Hamas Palestina yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 15.093 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Sabtu (25/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel