TRIBUNNEWS.COM - Lima jenazah bayi prematur di Rumah Sakit Anak Al-Nasser di Gaza ditemukan setelah tiga minggu lalu Israel memerintahkan penghuni rumah sakit meninggalkan tempat itu.
Israel memaksa staf medis di Rumah Sakit Anak Al-Nasser untuk pergi tanpa lima bayi prematur yang dirawat.
Kelima jenazah bayi tersebut sudah membusuk di masing-masing keranjang rumah sakit.
Direktur Rumah Sakit Anak Al-Nasser, Dr Mustafa Al-Kahlot, mengatakan dia telah mengirimkan permohonan kepada organisasi internasional, termasuk Palang Merah, untuk menyelamatkan bayi-bayi itu.
Namun, dia tidak menerima satu pun tanggapan, seperti dilaporkan Euro-Mediterania Human Rights Monitor pada Selasa (28/11/2023).
Dr Mustafa Al-Kahlot juga telah memberitahu perwira tentara Israel, yang memperingatkan tentang evakuasi terakhir terkait lima bayi prematur yang menggunakan alat bantu pernapasan.
Baca juga: Tur Israel Bareng Netanyahu hingga Diundang Hamas ke Gaza, Elon Musk Belum Siap: Tampaknya Bahaya
Kelima bayi itu tidak bisa dipindahkan karena ketergantungan pada alat tersebut.
Tentara tersebut mengatakan ia mengetahui hal itu dan akan memindahkan bayi-bayi prematur itu.
Karena kurangnya respons dan kurangnya peralatan khusus untuk menyelamatkan nyawa kelima bayi itu selama evakuasi, para dokter terpaksa meninggalkan mereka di dalam rumah sakit dengan janji petugas Israel akan merawat mereka.
Namun, ternyata bayi-bayi itu dibiarkan mati di atas keranjang masing-masing.
Dokter Mona Youssef, yang bekerja di rumah sakit tersebut, menggambarkan rumah sakit tersebut menjadi sasaran serangan artileri dan tembakan beberapa kali sebelum tim medis terpaksa mengevakuasi diri bersama pasien mereka pada 10 November 2023.
Rumah Sakit Anak Al-Nasser saat itu telah dikepung oleh kendaraan militer Israel.
Hamas Palestina vs Israel
Baca juga: Teka-teki Israel, Netanyahu 6 Kali Tolak Bunuh Pemimpin Hamas Yahya Sinwar
Selama operasi darat di Jalur Gaza, Israel menargetkan sejumlah rumah sakit termasuk Rumah Sakit Anak Al-Nasser, Rumah Sakit Al-Shifa, hingga Rumah Sakit Indonesia serta meminta orang-orang meninggalkan fasilitas medis itu selama penggerebekan Israel untuk mencari Hamas.
Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas Palestina yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Baca juga: Menteri Israel Ancam PM Netanyahu: Lanjutkan Perang di Gaza Atau Bubarkan Pemerintah
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 15.242 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Selasa (28/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel