Lagi Perang Lawan Hamas, Tentara Israel Dilanda Wabah Penyakit Ganas, Serang Perut dan Pencernaan
TRIBUNNEWS.COM - Tentara Israel dilaporkan mengalami wabah penyakit di saat mereka melakukan invasi militer ke Gaza pasca-gencatan senjata selama tujuh hari melawan Hamas.
Laporan media Israel, Yedioth Ahronoth, menyebut, Tentara Israel (IDF) terkena wabah penyakit yang menyerang perut dan sistem pencernaan.
Efek dari wabah penyakit itu menimbulkan reaksi seperti keracunan makanan yang parah.
Baca juga: Hizbullah Mengganas di Perbatasan: Gelar Tujuh Operasi Tempur, Pusat Medis Ziv Israel Kena Hajar
"Wabah penyakit pencernaan dan keracunan makanan telah dilaporkan terjadi di kalangan tentara Israel di selatan wilayah pendudukan, dan khususnya mereka yang ditempatkan di Jalur Gaza," demikian yang dilaporkan media tersebut, dikutip, Selasa (5/12/2023).
Wabah penyakit yang menyerang tentara IDF ini menimbulkan banyak spekulasi terkait penyebabnya.
Diketahui, sejak awal perang Israel melawan Hamas di Gaza, banyak restoran, produsen makanan, dan individu telah menyumbangkan makanan kepada tentara Israel.
Penyakit Ganas yang Berbahaya
Namun, menurut dokter, penyimpanan, transportasi, dan persiapan yang buruk telah menyebabkan peningkatan penyakit pencernaan, diare parah, dan suhu tinggi (demam) di kalangan tentara IDF.
“Diare telah menyebar di kalangan tentara di selatan [Israel], di berbagai wilayah konsentrasi, dan kemudian menyebar di antara tentara yang berperang di Gaza,” jelas Kepala Unit Penyakit Menular di Rumah Sakit Universitas Assuta Ashdod, Dr Tal. Bros.
Penyakit ini dikategorikan sebagai penyakit berbahaya. Keganasannya, khususnya karena rentan menular. Hal ini akan menjadi insiden mengerikan bagi tentara IDF yang tengah dikonsentrasikan untuk berperang.
Baca juga: Terpantau Satelit, Tentara Israel Gali Parit Sepanjang 2,7 Kilomter di Gaza Tengah
“Kami mendiagnosis infeksi bakteri Shigella yang menyebabkan disentri, penyakit sangat berbahaya yang menyebar di kalangan pejuang di Gaza.”
Broch menambahkan, merebaknya penyakit ini berdampak pada kondisi prajurit dan pelaksanaan operasi tempur.
“Jika infeksi menyebar di antara 10 tentara di kompi infanteri, dan mereka mengalami demam setelah suhu tubuh mencapai 40 derajat Celcius, dan mereka mulai mengalami diare setiap 20 menit, maka mereka tidak lagi sehat untuk berperang dan mereka membuat diri mereka terkena risiko kematian,” jelasnya.
(oln/*/Memo)