TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar populer Israel, The Jerusalem Post, telah dikritik setelah menyatakan penyesalannya atas sebuah artikel yang menuduh jenazah bayi Palestina adalah boneka.
Meski tidak menyebut secara spesifik artikel apa yang dimaksud, pengguna X (Twitter) menuliskan konteks artikel The Jerusalem Post yang dimaksud pada postingan tersebut.
The Jerusalem Post juga tidak menulis kata "Maaf" setelah artikel mereka yang keliru, yang menyesatkan banyak pembacanya dan merugikan pihak yang diberitakan.
Pengguna media sosial mengatakan, postingan The Jerusalem Post kemungkinan merujuk pada sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Jumat (1/12/2023) yang mengklaim rekaman yang diposting online oleh Al Jazeera tidak benar-benar menunjukkan bayi Palestina yang meninggal, melainkan sebuah boneka.
Artikel The Jerusalem Post berjudul "Al Jazeera posts blurred doll, claims it to be a dead Palestinian baby" telah dihapus dan tidak lagi tersedia di situs web surat kabar tersebut.
Baca juga: Peringatan Raja Yordania: Pengusiran Paksa Warga Gaza oleh Israel Picu Konsekuensi Serius
Tautan yang ditemukan di Google dengan mencari judul artikel sekarang dialihkan ke beranda situs, meskipun ceritanya telah disimpan di Internet Archive.
"Selama akhir pekan, kami membagikan artikel berdasarkan sumber yang salah. Artikel tersebut tidak memenuhi standar editorial kami dan karenanya dihapus," kata The Jerusalem Post di platform media sosial X pada Sabtu (2/12/2023).
“Kami menangani masalah ini dengan serius dan akan menanganinya secara internal untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Kami menyesali kejadian ini dan tetap berkomitmen untuk menegakkan standar jurnalistik tertinggi sepanjang waktu,” lanjutnya.
Pengguna X yang sebelumnya menautkan artikel The Jerusalem Post tersebut dalam postingannya kini juga sudah dihapus, dengan tulisan “Maaf, postingan itu telah dihapus.”
Baca juga: Tentara Israel Alami Diare Parah di Gaza, Sulit Bertempur Lawan Hamas
Pembaca The Jerusalem Post Kecewa
Postingan The Jerusalem Post membuat sejumlah pembacanya merasa kecewa.
Mereka menanyakan artikel mana yang dimaksud dengan menulis di kolom komentar pada postingan The Jerusalem Post di X.
"Katakan apa artikelnya, karena permintaan maaf ini tidak ada gunanya tanpanya," tulis seorang pengguna X.
"Artikel apa? Tolong berikan rinciannya. Kesalahan dan koreksinya. Apakah Anda entitas jurnalistik sebenarnya atau sekadar hasbara (propaganda) murni? Jika yang terakhir, tidak apa-apa, tapi akui saja. Ada cara profesional untuk melakukannya. Semua orang membuat kesalahan tapi ini menyedihkan dan memalukan," tulis pengguna X lainnya.
"Ini adalah pencabutan/koreksi paling tidak profesional yang pernah saya lihat sejak saya mulai membaca surat kabar secara rutin hampir 50 tahun yang lalu," tambah pengguna X lainnya.
Baca juga: Ancaman Turki Bila Israel Serius Buru Hamas hingga Luar Negeri, Sebut Ada Konsekuensi
Al Jazeera dan WAFA Konfirmasi Berita Meninggalnya Bayi Palestina
Media berita Qatar, Al Jazeera, mengatakan jenazah bayi laki-laki Palestina dalam rekaman yang diunggahnya baru berusia beberapa bulan.
Kantor berita resmi Palestina, WAFA, menerbitkan foto-foto bayi yang sama, mengidentifikasinya sebagai Muhammad Hani al-Zahar yang berusia lima bulan.
Jurnalis foto Al Jazeera, Omar al-Dirawi, mengambil sendiri rekaman bayi tersebut, yang juga diklaim oleh beberapa pengguna media sosial sebagai boneka.
Pada Selasa (5/12/2023), Al-Dirawi mengonfirmasi kepada layanan pengecekan fakta mitra The New Arab, Misbar, videonya menampilkan seorang anak meninggal berusia tidak lebih dari lima bulan.
Seperti Al Jazeera, dia mengatakan bocah itu terbunuh setelah Israel menyerang daerah dekat Kota Gaza.
WAFA mengatakan bayi bernama Muhammad Hani itu meninggal dalam pemboman Israel di bagian lain wilayah tersebut.
Ibu dari bayi laki-laki tersebut mengatakan kepada saudara perempuan penyiar Al Araby TV, bahwa rumah tetangganya ditembaki oleh artileri Israel dan dia berlari keluar bersama Muhammad.
Dia yakin bayinya masih tertidur tetapi setelah tiba di rumah sakit dia mengetahui bahwa dia sudah meninggal.
Hamas Palestina vs Israel
Berbagai media dan pendukung Israel meluncurkan propaganda melalui media sosial, di tengah memburuknya citra Israel setelah serangan mematikan di Jalur Gaza.
Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 16.248 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Rabu (6/12/2023), lebih dari 1,9 juta orang menjadi pengungsi, dikutip dari Anadolu.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel