Mesir Ancam Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel Jika Warga Palestina Mengungsi ke Sinai
TRIBUNNEWS.COM - Mesir dilaporkan meberi wanti-wanti ke Israel dan Amerika Serikat (AS) kalau Kairo akan memutus hubungan diplomatik dengan Tel Aviv jika warga Palestina mengungsi ke gurun Sinai.
Warga Palestina dilaporkan berpotensi melarikan diri ke wilayah negara tetangga mereka, termasuk Mesir dan Yordania, karena terpaksa untuk menyelamatkan diri aksi bombardemen tanpa pandang bulu Israel di Gaza.
Baca juga: Perjanjian Damai Yordania-Israel Bubar Jika Warga Palestina Terpaksa Menyeberangi Sungai Yordan
Baca juga: Ogah Tampung Warga Gaza yang Diusir Israel, PM Mesir: Kami Siap Korbankan Jutaan Nyawa
Outlet media Axios pada Kamis (7/12/2023), mengutip para pejabat AS dan Israel, menyebut kalau Mesir telah lama melihat perang Gaza ini sebagai “ancaman” terhadap keamanan nasionalnya.
“Rakyat Mesir mengungkapkan kekhawatirannya bahwa krisis di perbatasan mereka dengan Gaza akan mengakibatkan ribuan pengungsi Palestina melintasi perbatasan dan berusaha mencari perlindungan di Sinai,” kata sumber-sumber Israel dilansir Axios.
Para pejabat Mesir, termasuk mereka yang berada di dinas militer dan intelijen, dilaporkan telah mengatakan kepada tentara Israel dan rekan-rekan mereka di Shin Bet (dinas intelijen dalam negeri Israel) kalau mereka “sangat prihatin” tentang apa arti operasi militer IDF di Gaza selatan bagi Mesir.
Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi sebelumnya menolak pengusiran warga Palestina dari tanah mereka ke Sinai.
“Mengungsi warga Palestina dari Jalur Gaza ke Sinai berarti memindahkan konflik dan pembunuhan dari Gaza ke Sinai, di mana Sinai menjadi basis untuk melancarkan operasi melawan Israel,” kata Presiden Mesir.
“Dalam hal ini, Israel mempunyai hak untuk mempertahankan diri, sehingga mereka mengarahkan serangannya ke wilayah Mesir,” kata El-Sisi menjelaskan skenario yang terjadi jika pengungsi Palestina diusir ke negaranya.
Baca juga: Pengusiran Warga Gaza Dimulai, Israel Tekan Mesir Terima Pengungsi dengan Imbalan Penghapusan Utang
Rencana Pengusiran Paksa Warga Palestina ke Sinai
Pada 28 Oktober, majalah budaya Israel, Mekomit, mengungkapkan bocoran dokumen yang dikeluarkan oleh Kementerian Intelijen Israel yang menunjukkan pendudukan Gaza dan perpindahan 2,3 juta penduduknya ke Semenanjung Sinai.
Dokumen yang bocor tersebut dikeluarkan pada 13 Oktober, enam hari setelah dimulainya perang, dan menunjukkan kalau rencana untuk memindahkan seluruh penduduk Gaza ke Sinai Utara adalah pilihan yang lebih disukai di antara tiga alternatif mengenai masa depan warga Gaza.
Laporan tersebut merekomendasikan agar Israel mendirikan kota-kota tenda untuk menampung para pengungsi dan menciptakan zona keamanan tertutup yang membentang beberapa kilometer di dalam wilayah Mesir.
Laporan pada Kamis oleh Axios mengklaim Mesir, Yordania, dan Otoritas Palestina (PA) sudah merasa prihatin sejak awal perang kalau Israel berencana untuk mengusir warga Palestina keluar dari Gaza dan melarang mereka kembali.
Hanya berbicara tentang warga Palestina yang terluka, laporan tersebut mengatakan bahwa para pejabat Israel “menyangkal hal ini baik secara pribadi maupun di depan umum dan memberikan jaminan kepada Mesir bahwa setiap warga Palestina yang terluka yang diizinkan meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan medis akan diizinkan kembali ke daerah kantong tersebut.”
Mesir Tidak Akan Tinggal Diam
Kepala Layanan Informasi Negara (SIS) Mesir, Diaa Rashwan, mengatakan Kairo tidak akan pernah membiarkan Israel mengosongkan Jalur Gaza yang terkepung dari penduduk Palestina.
“Israel telah mengubah seluruh Jalur Gaza menjadi medan perang, tidak meninggalkan tempat yang aman bagi warganya, sambil meningkatkan operasinya di Tepi Barat untuk menggusur warga Palestina dan melikuidasi perjuangan Palestina,” kata Rashwan
Dia menambahkan rencana Israel bertujuan untuk memaksa warga Palestina. untuk meninggalkan tanah mereka menuju Gaza selatan dan menuju Rafah, dengan tujuan akhir mendeportasi mereka.
Dia menekankan bahwa Mesir tidak akan pernah membiarkan Israel melaksanakan rencananya, mengingat bahwa Israel lah yang menghambat pengiriman bantuan dan pergerakan sipil.
Dia menunjukkan bahwa 3.313 truk berisi makanan dan bantuan, bahan bakar dan gas memasak masuk melalui penyeberangan Rafah, sementara Mesir menerima 682 orang yang terluka, dan mengevakuasi 11.067 warga Mesir dan warga negara asing dari Jalur Gaza sejak awal agresi Israel pada 7 Oktober. .
(oln/Memo/TC*)