TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel telah mengumumkan pembukaan kembali sementara penyeberangan Karem Abe Salem dan Gaza yaitu Kerem Shalom.
Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan, pembukaan tersebut akan memungkinkan Israel untuk mempertahankan komitmennya untuk mengizinkan masuknya 200 truk bantuan per hari, yang disepakati dalam kesepakatan penyanderaan yang ditengahi dan dilaksanakan bulan lalu.
“Keputusan kabinet menentukan bahwa hanya bantuan kemanusiaan yang datang dari Mesir yang akan ditransfer ke Jalur Gaza dengan cara ini,” kata pernyataan itu, dikutip dari Al Jazeera.
Mengutip dari Asharq Aswat, penyeberangan Kerem Shalom ditutup sejak 7 Oktober 2023.
Kemudian bantuan kemanusiaan hanya disalurkan melalui penyeberangan Rafah.
Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan menyambut baik keputusan untuk membuka penyeberangan tersebut.
Ia memuji keputusan tersebut sebagai 'langkah signifikan'.
Baca juga: Sudah Muak dengan Pemerintahnya, Warga Israel Ancam Gelar Aksi Mogok Makan
Gedung Putih berharap hal ini akan mengurangi kemacetan dan membantu memfasilitasi pengiriman dan distribusi bantuan kemanusiaan.
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia WHO juga menyabut langkah ini sebagai 'kabar baik'.
Kerem Shalom merupakan salah satu titik transit utama barang masuk dan keluar Gaza.
Kerem Shalom diketahui merupakan tempat transit yang jauh lebih cepat dibandingkan penyeberangan penumpang Rafah yang berjarak beberapa kilometer jauhnya.
Israel telah setuju untuk mengizinkan truk-truk diperiksa di Kerem Shalom. Truk-truk tersebut sebelumnya diwajibkan untuk kembali ke Rafah, untuk menyeberang ke Gaza dari Mesir.
Namun kelompok-kelompok bantuan telah menyerukan agar truk-truk tersebut diizinkan masuk secara langsung.
Ketika kampanye Israel di Gaza terus berlanjut, PBB dan badan-badan dunia lainnya telah memperingatkan akan adanya kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.
Badan-badan PBB telah mengatakan sangat mustahil untuk mendistribukan bantuan ke luar Rafah di tengah pengeboman yang terus berlanjut.
Keputusan tersebut diambil satu hari setelah Jake Sullivan bertemu dengan pejabat Israel untuk membahas jangka waktu dan gaya operasi militer Israel di Gaza.
Pertemuan itu terjadi ketika Israel dan Amerika Serikat berada di bawah tekanan internasional yang semakin besar untuk mengakhiri pertempuran.
“Ini adalah konsesi yang signifikan, kata Israel, karena pada awal perang ini Israel mengatakan tidak akan ada kontak lebih lanjut, tidak ada hubungan lebih lanjut antara Gaza dan Israel."
"Sementara mereka sekarang harus membuka penyeberangan Kerem Shalom."
"Untuk barang-barang di bawah tekanan AS sehingga Israel dapat memenuhi perjanjiannya untuk (membiarkan masuk) 200 truk bantuan setiap hari,” kata Bernard Smith dari Al Jazeera melaporkan dari Tel Aviv.
“Dan sebagai indikasi, sebelum perang dimulai, ada 500 truk setiap hari yang masuk ke Gaza, padahal kebutuhan bantuan darurat jauh lebih sedikit," jelasnya.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel