Israel Didesak untuk Gencatan Senjata setelah Tentara IDF Mengaku Membantai 3 Sandera Israel di Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Israel menghadapi seruan untuk mengumumkan gencatan senjata setelah IDF mengakui telah melakukan pembunuhan sandera di Gaza.
Pemerintah Israel telah menghadapi seruan untuk melakukan gencatan senjata dari beberapa sekutu terdekatnya di Eropa dan dari pengunjuk rasa di dalam negeri.
Setelah serangkaian penembakan, termasuk penembakan yang dilakukan oleh tentara Israel sendiri kepada tiga sandera Israel yang sudah mengibarkan bendera putih, yang menambah kekhawatiran mengenai tindakan Israel dalam perang 10 minggu di Gaza.
Ratusan orang pengunjuk rasa di Tel Aviv mendesak pemerintah Israel untuk melanjutkan perundingan penyanderaan dengan Hamas di Gaza.
Israel juga menghadapi tekanan untuk mengurangi operasi tempur besar-besaran mereka ketika Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengunjungi negara itu minggu ini.
Baca juga: WHO: Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza Tempat Mandi Darah, Israel Mengubah Rumah Sakit Jadi Rumah Jagal
Washington menyatakan ketidakpuasannya terhadap banyaknya korban sipil di Gaza ketika Amerika Serikat memberikan bantuan dukungan militer dan diplomatik yang penting.
Tapi itu tak dipedulikan oleh Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan terus berjuang sampai akhir dengan tujuan melenyapkan Hamas.
Netanyahu berjanji akan mengembalikan sekitar 129 sandera yang masih disandera.
Kemarahan atas pembunuhan sandera yang tidak disengaja kemungkinan akan meningkatkan tekanan terhadapnya untuk memperbarui perundingan yang ditengahi Qatar dengan Hamas mengenai pertukaran lebih banyak tahanan yang tersisa dengan warga Palestina yang dipenjara di Israel.
Baca juga: Paus Fransiskus Kecam Pembunuhan Dua Wanita oleh Tentara Israel dalam Gereja di Gaza, Ini Terorisme
Menyerukan gencatan senjata baru
Di Israel, Menteri Luar Negeri Perancis Catherine Colonna menyerukan gencatan senjata segera.
Hal ini bertujuan untuk membebaskan lebih banyak sandera, membawa bantuan dalam jumlah yang lebih besar ke Gaza dan bergerak menuju awal dari solusi politik.
Kementerian Luar Negeri Prancis sebelumnya mengatakan bahwa salah satu pegawainya tewas dalam serangan yang dilakukan Israel di sebuah rumah di Rafah, daerah yang sebelumnya disebut oleh Israel sebagai zona aman.