TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan-perusahaan Barat dilaporkan menelan pil pahit karena merugi ribuan triliun rupiah akibat meninggalkan pasar Rusia.
Berbagai perusahaan itu mulai angkat kaki dari Rusia setelah Rusia mulai melancarkan invasi ke Ukraina tahun 2022 silam.
Di sisi lain, Rusia justru mendapat “durian jatuh” dari hengkangnya perusahan Barat.
Ekonomi Rusia dilaporkan stabil, sedangkan perusahaan Barat menelan kerugian lebih dari $103 miliar atau hampir Rp1.600 triliun.
Perusahaan-perusahan itu menjual bisnisnya di Rusia dan menyerahkan exit taxes yang jumlahnya mencapai $1,35 miliar kepada pemerintah Rusia.
Dikutip dari Russian Today, perusahaan Barat yang ingin menjuali asetnya harus mendapat izin dari komisi yang dibentuk oleh pemerintah Rusia.
Rusia berusaha memastikan bahwa pembeli aset itu bisa mendapatkanya dengan harga yang amat murah.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Melonjak Imbas Penurunan Ekspor Rusia dan Ketegangan di Laut Merah
Komisi Rusia itu juga disebut telah menolak penjualan pabrik yang dimiliki oleh Honyewell, sebuah perusahaan elektronik asal AS.
Penjualan itu baru disetujui jika perusahaan itu bersedia menjualnya dengan diskon 50 persen atau sesuai dengan aturan di Rusia.
“Secara keseluruhan, [Presiden Rusia Vladimir] Putin telah mengawasi salah satu transfer kekayaan terbesar di wilayah Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet,” demikian pernyataan The New York Times.
“Sebagian besar industri, yakni elevator, ban, cat, dan lebih banyak lagi, kini berada di tangan pebisnis Rusia yang makin dominan."
Sementara itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut pihak yang hengkang dari Rusia mendapat kerugian.
“Mereka yang pergi kehilangan posisi mereka,” kata Peskov kepada media kenamaan asal AS itu.
“Dan pastinya aset mereka sedang dibeli dengan diskon besar dan diambil alih oleh perusahaan-perusahaan kami, yang melakukannya dengan senang hati.”
Baca juga: Banting Harga Jual Aset di Rusia, Perusahaan Barat Alami Kerugian Capai 1.597 Triliun