News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Tinggalkan Rusia, Perusahaan Barat Boncos Rp1.600 Triliun, Usaha Lokal Justru Makin Tajir

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Vladimir Putin berdiri di samping jaringan pipa gas Rusia di Vladivostok, 2011. Rusia dilaporkan makin kaya meski disanksi Barat.

TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan-perusahaan Barat dilaporkan menelan pil pahit karena merugi ribuan triliun rupiah akibat meninggalkan pasar Rusia.

Berbagai perusahaan itu mulai angkat kaki dari Rusia setelah Rusia mulai melancarkan invasi ke Ukraina tahun 2022 silam.

Di sisi lain, Rusia justru mendapat “durian jatuh” dari hengkangnya perusahan Barat.

Ekonomi Rusia dilaporkan stabil, sedangkan perusahaan Barat menelan kerugian lebih dari $103 miliar atau hampir Rp1.600 triliun.

Perusahaan-perusahan itu menjual bisnisnya di Rusia dan menyerahkan exit taxes yang jumlahnya mencapai $1,35 miliar kepada pemerintah Rusia.

Dikutip dari Russian Today, perusahaan Barat yang ingin menjuali asetnya harus mendapat izin dari komisi yang dibentuk oleh pemerintah Rusia.

Rusia berusaha memastikan bahwa pembeli aset itu bisa mendapatkanya dengan harga yang amat murah.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Melonjak Imbas Penurunan Ekspor Rusia dan Ketegangan di Laut Merah

Komisi Rusia itu juga disebut telah menolak penjualan pabrik yang dimiliki oleh Honyewell, sebuah perusahaan elektronik asal AS.

Penjualan itu baru disetujui jika perusahaan itu bersedia menjualnya dengan diskon 50 persen atau sesuai dengan aturan di Rusia.

“Secara keseluruhan, [Presiden Rusia Vladimir] Putin telah mengawasi salah satu transfer kekayaan terbesar di wilayah Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet,” demikian pernyataan The New York Times.

“Sebagian besar industri, yakni elevator, ban, cat, dan lebih banyak lagi, kini berada di tangan pebisnis Rusia yang makin dominan."

Sementara itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut pihak yang hengkang dari Rusia mendapat kerugian.

“Mereka yang pergi kehilangan posisi mereka,” kata Peskov kepada media kenamaan asal AS itu.

“Dan pastinya aset mereka sedang dibeli dengan diskon besar dan diambil alih oleh perusahaan-perusahaan kami, yang melakukannya dengan senang hati.”

Baca juga: Banting Harga Jual Aset di Rusia, Perusahaan Barat Alami Kerugian Capai 1.597 Triliun

Pada tahun 2022 Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta perusahaan-perusahaan Barat segera meninggalkan Rusia setelah negaranya diserang Rusia.

“Tinggalkan Rusia,” ujar Zelensky. “Pastikan orang Rusia tidak menerima uang sepeser pun.”

Ratusan perusahaan mematuhi imbauan Zelensky. Para politikus kemudian memprediksi ekonomi Rusia akan terpuruk dan mengganggu mesin perang Rusia.

Sayangnya, Presiden Rusia Vladimir Putin justru mengubah peristiwa hengkangnya perusahaan Barat itu menjadi keuntungan besar bagi elite Rusia dan negara itu sendiri.

Bahkan, jumlah jutawan di Rusia melonjak dari 56.000 orang menjadi 408.000 pada tahun 2022.

Sementara itu, dikutip dari Business Insider, AS mengalami kerugian besar tahun lalu.

AS dilaporkan kehilangan $5,9 triliun, sedangkan Amerika Utara dan Eropa jika digabungkan kehilangan $10,9 triliun.

Baca juga: Joe Biden Sebut Rusia akan Serang NATO, Putin: Omong Kosong Tak Masuk Akal

Di samping itu, jumlah jutawan di AS pada penghujung tahun 2022 berkurang hingga 1 juta orang. Kendati demikian, AS masih menyumbang lebih dari 50 persen jumlah orang yang sangat kaya.

Menurut UBS, sebuah bank investasi kenamaan di Swiss, makin makmurnya Rusia itu susah dijelaskan saat ini.

Melambungnya harga minyak bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya kemakmuran di Rusia. Ekspor minyak memang menjadi sumber pendapatan utama Rusia.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini