Rudal Presisi Hizbullah Hantam Dua Peluncur Iron Dome Israel Hingga Rusak Parah
TRIBUNNEWS.COM - Milisi perlawanan Lebanon Hizbullah mengklaim sukses menyerang sistem pertahanan udara Iron Dome Israel, sehingga menyebabkan kerusakan parah.
Hizbullah merinci serangan rudal presisi mereka itu menyerang dua peluncur iron dome di Kabri, Israel utara, pada Senin (18/12/2023) sore.
Klaim tersebut muncul di tengah laporan kalau serangan rudal Israel menghantam sebuah gedung di seberang prosesi pemakaman pejuang Hizbullah di Lebanon selatan, tanpa menimbulkan korban jiwa.
Baca juga: Cueki AS, Israel Mau Gempur Lebanon: Hizbullah Punya 150 Ribu Rudal, IDF Tak Siap Perang Multifront
Israel belum mengomentari dugaan serangan tersebut.
Sebelumnya mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan “menghancurkan” Lebanon jika Hizbullah, yang mendukung Hamas, ikut berperang.
Israel dan Hizbullah yang didukung Iran saling baku tembak di sepanjang perbatasan hampir setiap hari sejak konflik meletus setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Baca juga: Perang di Front Utara Pecah Lawan Hizbullah, Jet Israel Bombardir Jezzine di Lebanon Selatan
Kepala Penjaga Perdamaian PBB: Perbatasan Lebanon-Israel dalam kondisi 'berbahaya'
Situasi di perbatasan Lebanon dengan Israel “berbahaya” dengan terus terjadinya baku tembak antara Hizbullah dan Israel, demikian peringatan kepala pasukan penjaga perdamaian PBB di negara tersebut.
“Situasinya sekarang, seperti yang diketahui semua orang, sangat tegang. Ini sulit dan berbahaya,” kata Aroldo Lazaro, kepala Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).
Sejak 8 Oktober, sehari setelah Perang Gaza antara Israel-Hamas dimulai, perbatasan antara Lebanon dan Israel telah menyaksikan peningkatan baku tembak lintas batas, terutama antara tentara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran, yang menyatakan kalau mereka bertindak untuk mendukung Hamas.
“Kami mencoba untuk melanjutkan peran penghubung dan koordinasi kami... untuk menghindari salah perhitungan, salah tafsir yang dapat menjadi pemicu eskalasi,” kata Lazaro kepada wartawan menjelang pertemuan di Beirut dengan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna.
(oln/telegraph/*)