Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menaungi anak-anak, UNICEF menyatakan bahwa Gaza merupakan tempat paling berbahaya di dunia khususnya bagi anak-anak.
Hal itu didasarkan atas kekejaman militer Israel yang mengebom, melukai, dan membunuh ribuan anak-anak yang merupakan warga sipil Gaza.
“Saya sangat marah karena mereka yang berkuasa mengabaikan hal ini karena mimpi buruk kemanusiaan ini menimpa satu juta anak,” ujar James Elder, juru bicara UNICEF dalam sebuah pernyataan setelah dirinya mengunjungi Gaza.
Baca juga: Militer Israel Temukan Terowongan dari Rumah Para Pemimpin Hamas di Bawah Kota Gaza
“Saya juga prihatin karena begitu banyak anak yang saya temui tidak bisa berduka atas kematian ibu, ayah, dan keluarganya,” imbuhnya.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 19.400 warga Palestina telah terbunuh akibat perang yang terjadi antara Israel dengan militan Palestina Hamas sejak 7 Oktober 2023.
Dari jumlah itu, sekitar 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Elder juga merasa prihatin saat rumah sakit Al Nasser di Khan Yunis, Gaza selatan terkena serangan sebanyak dua kali dalam 48 jam terakhir.
Rumah sakit tersebut menampung sejumlah besar anak-anak yang terluka parah serta ratusan wanita dan anak-anak yang mencari keselamatan.
"Mereka tidak aman di rumah sakit. Mereka tidak aman di tempat penampungan. Dan tentu saja mereka tidak aman di zona aman,” katanya.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan hanya delapan dari 36 rumah sakit di Gaza yang “hampir tidak berfungsi”.
Di samping itu, WHO juga menggambarkan kondisi di rumah sakit yang masih berfungsi dalam keadaan yang sangat buruk.
“Bahkan orang-orang tidak mampu berjalan di area darurat karena takut menginjak para korban. Dan ketika mereka tidak menginjak orang, mereka menginjak darah,” ungkap Margaret Harris, juru bicara WHO, menggambarkan kondisi di rumah sakit Al Shifa, Gaza.
Seruan Gencatan Senjata
Sementara itu, komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia Volker Türk menyerukan gencatan senjata setelah semakin banyak warga Palestina yang dipaksa mengungsi ke wilayah yang semakin kecil dalam pengungsian massal hingga ke perbatasan Gaza-Mesir.
“Tidak ada lagi tempat tersisa di Gaza bagi mereka untuk pergi,” katanya, seraya menambahkan bahwa Rafah telah menjadi pusat pengungsian, dengan lebih dari 1 juta orang, hampir separuh populasi, terkonsentrasi di tempat yang penuh sesak ini.
Di sisi lain, Türk juga menyerukan pembebasan sandera Israel, serta mereka yang ditahan secara sewenang-wenang oleh pasukan Israel.