News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Ganti Taktik Lawan Hamas: Tarik Mundur Pasukan Darat, Bombardir Gaza Pakai Serangan Udara

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara Israel dari unit infanteri Golani berjalan keluar dari Jalur Gaza Palestina dekat Kibbutz Ein Hashlosha selama badai pasir setelah operasi di dalam Gaza, 17 Oktober 2007.

Israel Ganti Taktik Lawan Hamas: Tarik Mundur Pasukan Darat, Bombardir Gaza Pakai Serangan Udara

TRIBUNNEWS.COM - Otoritas Penyiaran Israel, Sabtu (23/12/2023) melaporkan, Tel Aviv berencana untuk beralih ke fase baru perang Gaza dalam beberapa minggu mendatang.

Laporan itu menyebut, Israel akan mengganti taktik perang Gaza melawan Hamas dengan mengakhiri operasi darat dan mengalihkan fokus untuk melanjutkan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza.

Israel mengklaim penarikan mundur pasukan darat ini sebagai 'Fase Baru' Perang Gaza.

Niat penarikan mundur pasukan darat Israel ini, datang saat laporan soal meningkatnya jumlah korban tentara Israel (IDF) makin tinggi.

Baca juga: Pakar Militer Turki Ungkap Hal Mengejutkan Soal Brigade Al Qassam Bikin Senapan dan Peluru Sniper

“Tentara Israel sedang bersiap untuk melanjutkan ke tahap ketiga pertempuran di Gaza dalam beberapa minggu mendatang,” kata sumber tersebut, mengutip sumber yang mengetahui hal tersebut.

Lembaga penyiaran Israel menambahkan, fase ini akan mencakup “mengakhiri operasi darat di Jalur Gaza, mengurangi pasukan, dan mendemobilisasi pasukan cadangan.”

Fase baru ini akan fokus pada pemboman besar-besaran dan pembentukan “zona penyangga” di dekat perbatasan sesuai dengan tujuan lama Israel.

Baca juga: Pasukan Elite Brigade Golani Israel Balik Kanan dari Gaza, ​Seperempat Pasukan Rontok Dihajar Hamas

DISERANG - Sebuah tank Israel bersiaga di dekat kendaraan tempur yang hancur di Gaza karena serangan roket milisi pembebasan Palestina, Hamas. Israel dilaporkan mengalami kerugian besar dalam Perang Gaza. (afp)

Brigade Golani Infanteri Elite Israel Balik Kanan

Terlepas dari sejumlah klaim dari narasumber itu kalau tentara Israel “mengambil kendali atas sebagian besar wilayah utara Jalur Gaza,” pertempuran dengan perlawanan Palestina terus berkecamuk di Gaza utara dan selatan.

Laporan Israel ini muncul beberapa hari setelah pasukan elite Brigade Golani menarik diri dari Gaza untuk “menata ulang barisannya.”

Brigade Golani menghadapi kerugian besar saat melawan Brigade Qassam Hamas, Brigade Quds, dan kelompok lain yang bercokol di jalur tersebut.

Menurut seorang pensiunan jenderal Israel, pasukan elite infanteri Israel ini kehilangan seperempat pasukannya.

Brigade Qassam telah merilis rekaman penyergapan terhadap pasukan Israel hampir setiap hari.

Video tersebut mencakup adegan serangan peluru kendali, operasi penembak jitu, dan serangan RPG terhadap tank, kendaraan, dan buldoser.

Baca juga: Pakar Militer Turki Ungkap Hal Mengejutkan Soal Brigade Al Qassam Bikin Senapan dan Peluru Sniper

Seorang pejuang Palestina dari brigade Al-Quds di terowongan militer di Beit Hanun, Jalur Gaza utara pada Mei 2021. (Kredit Foto: Ahmed Zakot/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

The Washington Post melaporkan pada 22 Desember, mengutip beberapa kesaksian tentara Israel tentang jebakan “mematikan” dan “nyata” yang dipasang oleh pejuang perlawanan.

Beberapa penyergapan tersebut mencakup penggunaan pengeras suara, yang menyiarkan suara orang menangis atau berbicara bahasa Ibrani, yang bertujuan untuk memikat tentara dan membuat mereka mengira ada tahanan di dekatnya.

Baca juga: Taktik Baru Gerilya Hamas Lawan IDF, Pancing Tentara Israel Pakai Speaker Lalu Hujani Tembakan

“Dalam pertempuran perkotaan yang intens, pertempuran di atas dan di bawah tanah, militan Hamas melesat dari gedung ke gedung dengan pakaian sipil… dan berusaha menjerat tentara Israel dengan jebakan dan umpan.”

Israel mengklaim telah mencapai kendali operasional atas beberapa wilayah di Gaza utara, termasuk lingkungan Shejaiya yang terkenal.

Meskipun mengaku menargetkan infrastruktur dan kemampuan militer Hamas, kelompok ini masih mampu meluncurkan serangan roket besar ke Tel Aviv dari beberapa wilayah di Jalur Gaza – yang menunjukkan bahwa operasi darat selama hampir dua bulan tidak banyak berpengaruh.

Baca juga: Rentetan Roket Hajar Tel Aviv, Jubir Brigade Al-Qassam: Israel Terus Ulangi Kebodohan yang Sama

Pemandangan Kota Gaza sebelum dimulainya gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir antara Israel dan dua kelompok bersenjata utama Palestina di Gaza pada 20 Mei 2021. Israel dan dua kelompok bersenjata utama Palestina di Gaza, Hamas dan Jihad Islam, mengumumkan gencatan senjata pada 20 Mei 2021, bertujuan untuk mengakhiri konflik paling dahsyat di antara mereka selama tujuh tahun. Gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir diumumkan menyusul meningkatnya tekanan internasional untuk mengakhiri 11 hari konflik yang telah merenggut nyawa di kedua sisi, dengan jet Israel menghantam Gaza dengan serangan udara saat militan menembakkan ribuan roket ke arah Israel. (AFP/AlJazeera)

Bombardemen Makan Banyak Korban

Pengumuman “fase baru” perang yang berfokus pada serangan udara ini muncul ketika Amerika Serikat (AS) sekutu dekat Israel, terus mendesak agar Tel Aviv mengurangi intensitas kampanye pembersihan etnis di Gaza dalam beberapa minggu mendatang.

Para pejabat AS terus-menerus meminta Tel Aviv untuk menghindari korban sipil guna mempertahankan dukungan internasional.

Namun, jika fase baru ini berfokus pada pengeboman yang intens – seperti yang dikatakan oleh sumber tersebut – korban sipil akan terus meningkat, begitu pula dengan meratanya infrastruktur di wilayah tersebut.

Baca juga: Cueki AS, Israel Mau Gempur Lebanon: Hizbullah Punya 150 Ribu Rudal, IDF Tak Siap Perang Multifront

"Serangan Israel terhadap Gaza “menimbulkan lebih banyak kerusakan dibandingkan penghancuran Aleppo di Suriah antara tahun 2012 dan 2016, Mariupol di Ukraina, atau, secara proporsional, pemboman Sekutu terhadap Jerman pada Perang Dunia II,” tulis laporan AP pada Kamis (21/12/2023).

Dengan tingkat kematian tidak kurang dari 355 warga sipil per hari – sekitar 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak – serangan di Gaza berada di urutan teratas dalam bombardemen paling mematian di era modern.

(oln/ap/tc/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini