Email tersebut berisi pesan-pesan "gelisah" antara para pemimpin organisasi bantuan dan staf kongres ketika mereka berusaha memberitahu militer Israel lokasi presisi dari gereja-gereja tersebut.
“Orang-orang Israel menegaskan kembali perlunya kelompok Anda untuk pindah,” tulis salah seorang staf Kongres dalam emailnya.
Baca juga: Paus Fransiskus Beri Cap Teroris ke Israel, Imbas Warga Kristen Palestina Ditembak Mati di Gereja
Perwakilan dari badan amal Kristen tersebut mengatakan bahwa mereka tidak dapat memindahkan orang-orang yang berada di dalam gedung karena banyak dari mereka adalah penyandang disabilitas dan lanjut usia.
"Konven Misionaris Cinta Kasih merawat 40 anak-anak dengan disabilitas berat dan 20 orang dewasa. Tidak mungkin bagi mereka untuk pindah ke selatan,” bunyi salah satu email dari organisasi tersebut.
Salah satu email berisi dokumen dari pemerintah Israel dengan judul, “Menandai gereja sebagai situs sensitif atas permintaan Kongres Amerika.”
Email itu berisi gambar udara dari empat fasilitas tersebut.
Pemerintah Israel mengirimkan berkas tersebut ke organisasi bantuan melalui staf kongres untuk ditinjau.
Para pemimpin Gereja berbagi informasi satelit GPS dengan IDF lebih dari satu kali, kata Pastor Ibrahim Nino, juru bicara Patriarkat Latin Yerusalem.
“Tetapi apa yang terjadi terjadilah,” katanya.
“Dan kami yakin karena kami punya 648 saksi di dalam kompleks gereja.”
Organisasi-organisasi keagamaan dan bantuan telah mengirimkan koordinat ke PBB dan Israel secara langsung sejak pertempuran dimulai pada bulan Oktober.
Pemerintahan Joe Biden juga telah mengirimkan lokasi organisasi bantuan di Gaza kepada Israel.
Baca juga: IDF Bunuh Wanita dan Anaknya di Gereja Gaza, Artileri Israel Kepung Biara yang Rawat Disabilitas
Namun, Israel terus melakukan operasi terhadap Hamas di atau dekat lokasi bantuan, termasuk rumah sakit.
Dalam konflik di Gaza di masa lalu, organisasi bantuan sangat bergantung pada sistem PBB untuk mengirimkan koordinat mereka.