TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah menemukan dan mengambil 5 jasad yang merupakan sandera di terowongan Hamas, wilayah Jabalia, Gaza Utara.
Pernyataan tersebut diumumkan juru bicara IDF, Minggu malam waktu setempat, (24/12/2023).
Pengumuman tersebut muncul sehari setelah Brigade Al-Qassam mengatakan bahwa mereka kehilangan kontak dengan kelompok yang bertanggung jawab atas lima sandera Israel tersebut.
Brigade Al Qassam menyebut bahwa para sandera tersebut kemungkinan terbunuh lantaran serangan Israel.
“Pasukan Israel telah menemukan jaringan terowongan di wilayah Jabalia, Jalur Gaza utara, dan mengambil mayat lima sandera Israel yang terbunuh di sana,” kata juru bicara militer IDF Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan, mengutip Anadolu Agency.
Baca juga: Abu Ubaida Umumkan Kesuksesan Hamas dalam 4 Hari Terakhir, Unit Yahalom Masuk ke Dalam Jebakan
Tiga dari lima sandera ini ditampilkan dalam video yang dirilis Brigade Al-Qassam beberapa hari lalu.
Dalam video tersebut, para sandera mendesak pemerintah Israel untuk tidak membiarkan mereka disandera.
“Militer bermaksud untuk memperluas operasinya di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, dengan tujuan untuk mendapatkan kendali atas kota tersebut,” lanjut Hagari.
Dia menambahkan bahwa hal tersebut mungkin memerlukan banyak waktu.
Di sisi lain IDF juga menggambarkan serangan darat di Jalur Gaza sebagai sesuatu yang kompleks.
“Tidak mungkin untuk membubarkan Hamas tanpa adanya korban di pihak kami,” lanjut juru bicara IDF.
Baca juga: Rencana Israel Banjiri Terowongan Hamas Dianggap Genosida, Disebut Sebabkan Bencana Besar
Seperti diketahui Israel telah menggempur Jalur Gaza dan menewaskan sedikitnya 20.424 warga Palestina.
Sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 54.036 lainnya, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut, masih mengutip Anadolu Agency.
Sekitar 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan gencar Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza dengan setengah dari persediaan perumahan di wilayah pesisir rusak atau hancur.
Dan juga hampir 2 juta orang mengungsi di daerah kantong padat penduduk tersebut di tengah kekurangan makanan dan air bersih.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)