TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyampaikan komitmen abadi negaranya untuk mendukung orang-orang tertindas, khususnya di Jalur Gaza yang terkepung.
Hal ini disampaikan Recep Tayyip Erdogan dalam acara peringatan wafatnya penyair Mehmet Akif Ersoy, penulis lirik lagu kebangsaan Turki, Senin (25/12/2023).
“Kami akan terus berseru dengan menggunakan bahasa Akif untuk mereka yang terbunuh, dieksploitasi, dan ditindas, terutama di Gaza, dan berdiri di atas sisi keadilan dan kebenaran," kata Erdogan, dikutip dari Anadolu Agency.
Selanjutnya, menanggapi serangan yang terus berlanjut terhadap integritas Turki, Erdogan menekankan tekad negaranya untuk mengamankan masa depan kemerdekaannya.
Erdogan juga mendesak upaya terbaiknya untuk mempertahankan sikap tegas terhadap segala kegiatan yang membahayakan keamanan internal negara.
Baca juga: Sembilan Poin Proposal Mesir untuk Gencatan Senjata di Gaza: Hamas Sudah Oke, Israel Ogah?
Respons Turki Terhadap Veto AS
Sebelumnya, Recep Tayyip Erdogan mempertanyakan apakah keadilan dapat dicapai setelah seruan gencatan senjata ditolak.
Pasalnya, Amerika Serikat (AS) memveto resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza.
“Pemerintahan Israel, yang mendapat dukungan tak tergoyahkan dari negara-negara Barat, melakukan kekejaman dan pembantaian yang mematikan di Gaza yang akan membuat semua umat manusia tersipu."
"Dunia yang adil mungkin terjadi, tetapi tidak dengan Amerika, karena Amerika memihak Israel,” ujar Erdogan, Sabtu (9/12/2023), dilansir Al Jazeera.
“Mereformasi Dewan Keamanan PBB adalah suatu keharusan,” tambah Presiden Turki itu.
Baca juga: Netanyahu Dorong Warga Tinggalkan Gaza secara Sukarela, Kemlu Palestina Kecam Rencana Pengusiran
Netanyahu Sebut Perang di Gaza Tak akan Berakhir
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertemu dengan tentara Israel di Gaza yang terkepung, Senin.
Netanyahu berjanji untuk melanjutkan perang melawan Hamas.
Hal ini disampaikan Netanyahu ketika tekanan terhadap pemerintahannya meningkat untuk memulihkan sandera yang masih ditahan oleh kelompok militan tersebut.
“Siapa pun yang berbicara tentang berhenti, tidak ada hal seperti itu,” kata Netanyahu kepada tentara saat mengunjungi markas tentara di utara Jalur Gaza, dilansir FT.
“Perang akan berlanjut hingga akhir,” imbuh Netanyahu.
Baca juga: Paus Fransiskus Serukan Perdamaian atas Konflik Israel-Hamas, Peningkatan Bantuan di Gaza
Namun, kritik di Israel semakin meningkat karena kurangnya keberhasilan militer dan meningkatnya jumlah korban tewas di kalangan tentara.
Kemudian, fakta bahwa lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas dan faksi lain di Jalur Gaza.
Hamas menolak membahas pertukaran tahanan baru tanpa gencatan senjata permanen.
Netanyahu pun terpaksa membela kampanye militer di Gaza saat berpidato di Knesset pada hari Senin.
Ia mengatakan, tekanan militer diperlukan agar para sandera dapat dibebaskan.
Menurutnya, Israel akan menyerahkan segalanya untuk mencapai tujuan ini.
"Perang masih belum berakhir," tegas dia.
Baca juga: Israel Tolak Beri Visa ke Staf PBB Atas Pernyataan Soal Perang di Gaza
Diketahui, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 241 orang tewas dalam 24 jam terakhir dan 382 luka-luka.
Militer Israel mengatakan angkatan udara mencapai 100 sasaran di selatan Jalur Gaza dalam 24 jam.
Pemboman Israel membunuh warga Palestina semalaman di Khan Younis, Bureij, Juhor ad-Dik, dan Nuseirat.
Setidaknya 20.915 orang tewas dan 54.918 luka-luka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Revisi jumlah korban tewas akibat serangan Hamas terhadap Israel mencapai 1.139 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)