Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, DENMARK - Raksasa Pelayaran terbesar di dunia, Maersk berencana untuk menaikan gaji para awak kapal yang berlayar melalui Laut Merah sebagai bentuk kompensasi atas bahaya yang ditimbulkan oleh serangan Houthi baru-baru ini.
Adapun kenaikan gaji yang dijanjikan Maersk para awak kapal yang berlayar melalui Laut Merah yakni sebesar 2 kali lipat dari jumlah gaji biasanya, dikutip dari Bloomberg.
“Kenaikan gaji merupakan pembayaran bahaya untuk waktu yang dihabiskan crew di dua wilayah berisiko tinggi,” jelas kesepakatan yang disahkan Maersk dan tiga serikat pekerja terbesar di negara tersebut.
Baca juga: Amerika Cegat Drone Houthi dan Serangan Rudal Balistik di Laut Merah
Sebelum kesepakatan ini disahkan, Maersk perusahaan peti kemas terbesar di dunia ini beserta 55 kapal lainnya sempat menangguhkan semua pengiriman cargo laut via Laut Merah, setelah Houthi meningkatkan serangan ke kapal yang nekat melakukan perjalanan menuju Israel melalui Laut Merah.
Sebagai gantinya perusahaan pelayaran itu terpaksa merogoh biaya operasional yang lebih besar, hingga merugi miliar dolar AS untuk mengalihkan rute perjalanan dari Laut Merah menjadi Tanjung Harapan di Afrika Selatan, demi menghindari Terusan Suez yang saat ini telah dikuasai oleh milisi Houthi Yaman.
“Risiko geopolitik di laut Merah menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi karena sekitar 15 persen lalu lintas pelayaran dunia transit melalui Terusan Suez, rute pelayaran terpendek yang menghubungkan Laut Merah ke Laut Mediterania,” jelas Rob Thummel, direktur perusahaan investasi energi Tortoise Capital.
Khawatir ancaman Houthi dapat mengganggu perdagangan dan memicu krisis pangan serta BBM di pasar global, Amerika dan sejumlah negara sekutu sepakat untuk menggelar tugas maritim multinasional dengan nama “Operation Prosperity Guardian.
Sebuah inisiatif keamanan multinasional baru yang penting dengan tujuan memerangi milisi Houthi Yaman, serta memastikan kebebasan navigasi dan keamanan semua negara yang melintas di jalur perdagangan internasional.
Tak tanggung – tanggung untuk menggertak Houthi Yaman, Amerika bahkan menerjunkan kapal perusak pertahanan rudal Laboon, Delbert D. Black dan The Sullivans di Laut Mediterania serta kapal perusak USS Carney di Laut Merah.
Hal tersebut yang membuat Maersk memutuskan untuk kembali melanjutkan pengiriman minyak dan barang kargo melalui jalur Laut Merah.
Berbanding terbalik dengan sikap pengangkut minyak Evergreen Line yang justru menangguhkan semua pengiriman laut via Laut Merah hingga batas waktu yang tak ditentukan.
“Kami saat ini sedang merencanakan kapal pertama untuk melakukan transit sesegera mungkin, operasional ini dilanjutkan setelah AS membentuk Operation Prosperity Guardian,” kata juru bicara Maersk, dikutip dari Reuters.