News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Kebijakan AS Dinilai Tingkatkan Konflik Timur Tengah, Gedung Putih Beri Bantahan

Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Asap mengepul di atas Khan Yunis dari Rafah di jalur Gaza selatan selama pemboman Israel pada 2 Januari 2024. Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat tidak ingin konflik di Timur Tengah meluas.

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak ingin konflik di Timur Tengah meluas.

Hal itu disampaikan John Kirby kepada koresponden Al Jazeera, Kimberly Halkett.

John Kirby lalu ditanya apakah dukungan AS terhadap Israel untuk menantang Houthi di Yaman menyebabkan eskalasi.

Mengenai hal ini, John Kirby pun membantahnya.

“Saya tetap pada jawaban saya. Tidak," tegasnya.

Diberitakan The New York Times, sejauh ini Amerika Serikat menahan diri untuk tidak membalas serangan terhadap basis Houthi di Yaman.

Sebagian besar karena mereka tidak ingin merusak gencatan senjata yang rapuh dalam perang saudara di Yaman.

Baca juga: Cerita di Balik Misi Israel Bunuh Tokoh Hamas Saleh al-Arouri, Tembakkan 6 Rudal, 4 Meledak

Namun, kini para pejabat pemerintahan Joe Biden memberi isyarat bahwa kesabaran mereka sudah habis.

“Biarlah pesan kami menjadi jelas. Kami menyerukan diakhirinya segera serangan ilegal ini dan pembebasan kapal dan awak kapal yang ditahan secara tidak sah,” kata pejabat Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, Rabu (3/1/2024).

Pejabat itu memberi pernyataan sehari setelah raksasa pelayaran Maersk mengumumkan akan menghentikan sementara serangan tersebut di Laut Merah.

“Houthi akan memikul tanggung jawab atas konsekuensinya jika mereka terus mengancam kehidupan, perekonomian global, dan arus bebas perdagangan di perairan penting di kawasan ini," tegas pejabat itu.

Tindakan AS di Timur Tengah Disebut Tingkatkan Konflik

Sebelumnya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengklaim semua tindakan AS di Timur Tengah meningkatkan konflik antara Palestina dan Israel.

Rusia juga memperingatkan hal ini dapat menimbulkan akibat yang fatal.

Baca juga: Siapkan Serangan Balasan, Hizbullah Tantang Israel dan Tak Gentar Hadapi Perang Besar

Gambar selebaran yang dirilis tentara Israel pada 3 Januari 2024 ini menunjukkan tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Tentara Israel / AFP)

Zakharova mengatakan, posisi kepemimpinan AS saat ini dapat digambarkan sebagai 'antisemit'.

“Baik warga Israel maupun Palestina adalah orang-orang Semit."

"Segala sesuatu yang dilakukan AS ditujukan terhadap warga Israel dan Palestina," ujarnya, Rabu, dikutip dari Anadolu Agency.

"Kebijakan AS di kawasan ini menyebabkan kematian keduanya."

"Terlebih lagi, hal ini menyebabkan peningkatan yang luar biasa dalam krisis di Timur Tengah, dan memburuknya krisis di Timur Tengah, situasi umum, dan terciptanya risiko-risiko tersebut bagi masa depan kawasan, yang dapat berakibat sangat fatal,” paparnya.

Zakharova lalu mengkritik pernyataan John Kirby yang berupaya membenarkan pembunuhan warga sipil oleh Israel sebagai hal yang tidak disengaja.

“Itu hanya bisa dikatakan oleh orang yang tidak punya ide, atau punya ide tapi hilang, tentang kesopanan, kehormatan, (dan) humanisme."

"Kurangnya hati nurani mungkin menjadi satu-satunya pembenaran atas pernyataan seperti itu,” kata dia.

Baca juga: 9 Anggota Hizbullah Tewas akibat Serangan Israel di Selatan Lebanon

Diketahui, beberapa pejabat AS mengatakan terlalu dini untuk memprediksi apakah perang yang lebih luas akan terjadi.

Israel, kata para pejabat, tidak akan menyerang Saleh al-Arouri tanpa keyakinan bahwa mereka dapat melakukannya tanpa meningkatkan konflik di perbatasan Lebanon.

Namun mengingat ledakan-ledakan tersebut, apa pun penyebabnya, terjadi begitu cepat setelah pembunuhan tersebut.

Pejabat senior Hamas, Saleh al-Arouri, diketahui tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut, Selasa (2/1/2024).

Di sisi lain, Joe Biden dan para pembantu utamanya telah berupaya sejak serangan 7 Oktober 2023 untuk membendung konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Baca juga: Dibantah! Tokoh Hamas Saleh al-Arouri Tidak Tewas oleh Serangan Drone Tapi Dirudal Jet Israel

Dalam gambar yang dirilis oleh Departemen Pertahanan AS, kapal induk terbesar di dunia USS Gerald R. Ford berlayar selama operasi pengisian bahan bakar di laut di Laut Mediterania timur, 11 Oktober 2023. (Jackson ADKINS / Departemen Pertahanan AS / AFP)

Pentagon mengirimkan dua kapal induk dan menggandakan jumlah pesawat tempur Amerika ke Timur Tengah untuk mencegah Iran dan proksinya di Lebanon, Yaman, Suriah, dan Irak memperluas perang.

Kini strategi tersebut mulai gagal.

Salah satu kelompok kapal induk tersebut yang dipimpin oleh Gerald R. Ford, meninggalkan wilayah tersebut, kata Pentagon minggu ini.

Sementara itu, kini 22.313 orang telah tewas dan setidaknya 57.296 luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Kemudian, jumlah korban tewas yang direvisi dari serangan 7 Oktober terhadap Israel mencapai 1.139 orang.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini