TRIBUNNEWS.COM - Rusia secara tidak sengaja menjatuhkan bom di wilayah yang dikuasainya dua kali dalam seminggu terakhir.
Intelijen Inggris yakin kesalahan tersebut kemungkinan besar karena pelatihan yang buruk dan awak yang sudah kelelahan.
Laporan itu diunggah di akun Kementerian Pertahanan Inggris di X pada hari Rabu, (10/1/2024).
Insiden pertama terjadi pada 2 Januari 2024, ketika sebuah pesawat tempur Rusia secara tidak sengaja melepaskan amunisi di Petropavlovka, di Oblast Voronezh, Rusia barat.
Amunisi tersebut merusak sembilan properti tempat tinggal warga.
Belum genap seminggu kemudian, tepatnya 8 Januari 2024, sebuah jet tempur Rusia menembakkan amunisi FAB-250 di sebuah desa di wilayah Luhansk Ukraina yang diduduki.
Kedua insiden tersebut terjadi saat Rusia sedang menjalankan misi tempur.
Kejadian seperti ini pernah terjadi sebelumnya, yakni pada bulan April 2023 di kota Belgorod, Rusia.
“Kecenderungan Rusia yang terus-menerus mengalami kecelakaan amunisi kemungkinan besar diperburuk oleh pelatihan yang tidak memadai dan kelelahan awak pesawat tempur, yang menyebabkan pelaksanaan taktik yang buruk selama misi," tulis laporan intelijen Inggris.
Pelatihan yang tidak memadai telah lama menjadi masalah bagi militer Rusia, baik angkatan udara maupun darat, Business Insider melaporkan.
Masalah ini semakin parah selama perang di Ukraina.
Baca juga: Gedung Putih, Korea Selatan, Ukraina, Inggris Kutuk Dugaan Transfer Senjata antara Korea Utara-Rusia
Pada bulan Oktober, misalnya, AS mengatakan Moskow telah kembali menggunakan strategi “gelombang manusia”.
Pasukan yang tidak siap dan kurang terlatih, dipaksa dikerahkan ke tengah pertempuran, dan seringkali tanpa peralatan yang tepat.
Strategi seperti itu muncul di tengah serangan baru Rusia di Ukraina timur.
"Gelombang manusia" diterapkan secara luas oleh tentara bayaran Grup Wagner selama pertempuran berbulan-bulan saat memperebutkan Bakhmut.
Menindaklanjuti isu-isu yang dilaporkan oleh Kementerian Pertahanan Inggris, pasukan Moskow juga semakin mengalami demoralisasi dan putus asa untuk kembali ke negaranya.
Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini meredam harapan para tentara untuk pulang.
Putin membatalkan usulan mobilisasi baru yang memungkinkan tentara yang terkepung dan telah berjuang selama satu tahun atau lebih untuk pulang, The Washington Post melaporkan pada akhir Desember.
“Tidak ada yang namanya mati terhormat di sini,” kata seorang tentara di wilayah Kharkiv kepada saudaranya pada bulan Januari lalu, menurut rekaman panggilan telepon yang diperoleh Associated Press.
"Kalau kau mati, kau mati begitu saja seperti cacing tanah."
Update Perang Rusia Ukraina
Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-687, Kamis (11/1/2024).
Mengutip Al Jazeera, berikut sejumlah penting peristiwa yang terjadi.
- Dua rudal S-300 Rusia menghantam sebuah hotel di pusat timur laut Kharkiv dan melukai 11 orang, termasuk jurnalis, menurut Walikota Ihor Terekhov.
Beberapa bangunan lain, termasuk dua blok apartemen, juga rusak.
Baca juga: Populer Internasional: Hizbullah Balas Kematian Arouri dan Tawil - Skandal Megakorupsi Ukraina
- Setidaknya satu orang tewas dalam serangan bom yang dipandu Rusia di desa Olkhovatka di distrik Kupiansk di wilayah Kharkiv, menurut Oleg Sinegubov, kepala administrasi militer regional.
Sedikitnya 10 rumah pribadi, sebuah toko dan sebuah sekolah rusak, tambahnya.
- Pihak berwenang di Belgorod mengevakuasi sekitar 392 anak-anak dari kota perbatasan Rusia setelah berminggu-minggu mendapat serangan dari pasukan Ukraina.
Sekitar 300 penduduk telah meninggalkan kota tersebut, salah satu evakuasi sipil terbesar di Rusia sejak Moskow memulai invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.
- Rusia dan Ukraina melaporkan pertempuran sengit di sepanjang garis depan di selatan dan timur sekitar Avdiivka, Mariinsky, Kupiansk dan Kherson.
Rusia mengklaim Ukraina telah kehilangan sedikitnya 450 tentara dalam konfrontasi tersebut, sementara Ukraina mengklaim telah membunuh 800 tentara Rusia.
- Ukraina mengumumkan layanan online baru yang memungkinkan warga Rusia yang kerabatnya adalah tentara yang hilang di Ukraina, untuk mengetahui apakah mereka telah dipastikan terbunuh atau ditahan sebagai tawanan perang.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)