TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara kini terus meningkatkan tekanannya terhadap Korea Selatan. Korut juga mengubah strategi intelijennya dengan berhenti mengoperasikan stasiun radio yang selama ini biasa digunakan untuk mengirim pesan berkode ke agen-agennya di Korea Selatan.
Hal ini menjadi sinyal bahwa negara itu sedang mengubah cara mereka menangani hubungannya dengan Korea Selatan.
Menurut kantor berita Yonhap yang dikutip Reuters, Sabtu (13/1/2023), Korea Utara telah meningkatkan tekanan terhadap Seoul dalam beberapa pekan terakhir.
Korut menyatakan Korea Selatan sebagai musuh utama, dengan menyatakan bahwa Korea Utara tidak akan pernah bersatu kembali dengan Korea Selatan dan berjanji untuk meningkatkan kemampuannya dalam melancarkan serangan nuklir terhadap Amerika Serikat dan sekutu Amerika di Pasifik.
Radio Pyongyang, yang dikenal oleh sejumlah stasiun, di masa lalu menyiarkan nomor-nomor berkode misterius yang diduga ditargetkan pada mata-mata Pyongyang yang beroperasi di Korea Selatan.
Situs webnya juga tidak aktif pada hari Sabtu.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dalam pidatonya pada pertemuan akhir tahun partainya yang berkuasa, memerintahkan perubahan kebijakan yang tegas dalam hubungan dengan Korea Selatan.
Baca juga: Ancaman Perang Korea di Depan Mata, Korut Sudah Tembakkan 350 Peluru Artileri ke Perbatasan Korsel
Dia juga menginstruksikan militer untuk bersiap menenangkan dan menduduki Korea Selatan jika terjadi krisis.
Pada Sabtu pagi, Korea Utara mengumumkan rencana untuk membubarkan organisasi yang bertanggung jawab atas pertukaran sipil dengan Korea Selatan.
Media pemerintah KCNA melaporkan keputusan untuk menyesuaikan kembali semua organisasi terkait... termasuk Komite Sisi Utara untuk Implementasi Deklarasi Bersama 15 Juni, Markas Besar Aliansi Pan-nasional untuk Reunifikasi Korea di Utara.
Baca juga: Gusar Korut Luncurkan Satelit Pengintai Militer, Korsel Ngemis ke Rusia Jatuhkan Sanksi
Korea Utara dan Selatan secara teknis masih berperang setelah Perang Korea tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, dan ketegangan semakin meningkat.
Outlet berita yang berbasis di Seoul, NK News, mengatakan pada hari Jumat bahwa beberapa situs propaganda Korea Utara tidak dapat diakses lebih dari 24 jam setelah offline.
Situs Uriminzokkiri, DPRK Today, Arirang Meari, Tongil Voice, Ryomyong dan Ryugyong tidak aktif setidaknya sejak Kamis pagi, katanya.
Penulis: Herlina Kartika Dewi | Sumber: Kontan