News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Beda Sikap dengan Netanyahu, AS Minta Israel Kurangi Intensitas Perang di Gaza: Ini Waktu yang Tepat

Penulis: Nuryanti
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

John Kirby di Washington, DC, pada 19 Juli 2022. AS telah berbicara dengan Israel tentang transisi ke operasi intensitas rendah di Gaza.

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan Amerika Serikat (AS) telah berbicara dengan Israel tentang transisi ke operasi intensitas rendah di Gaza.

Gedung Putih mengatakan, “ini adalah waktu yang tepat” bagi Israel untuk mengurangi intensitas perangnya di Gaza.

Pernyataan AS ini memperlihatkan semakin besarnya perbedaan pendapat di antara sekutu dekatnya.

Sebab, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk terus mengerahkan kekuatan penuh sampai Hamas hancur dan semua tawanan dibebaskan.

“Kami yakin ini saat yang tepat untuk transisi tersebut, dan kami sedang berbicara dengan mereka untuk melakukan hal tersebut,” ujar John Kirby, Senin (15/1/2024), dikutip dari Al Jazeera.

AS Masih Berupaya Pulangkan Sandera

Presiden AS Joe Biden mengatakan, pada hari ke-100 sejak 7 Oktober, AS masih berupaya untuk memulangkan lebih dari 100 sandera, termasuk enam orang Amerika, yang masih disandera oleh Hamas di Gaza.

“Keluarga mereka hidup dalam penderitaan, dan pada saat yang sama, mereka ada di garis depan pikiran saya sebagai tim keamanan nasional dan saya telah bekerja tanpa henti untuk mencoba untuk menjamin kebebasan mereka," ujarnya, Minggu (14/1/2024), dilansir The Times of Israel.

Joe Biden mengatakan, pemerintahannya telah menjalankan diplomasi agresif untuk memulangkan para sandera, dan memuji kesepakatan pada akhir November 2023 yang membebaskan lebih dari 100 dari 240 sandera Hamas.

“Saya tidak akan pernah melupakan kesedihan dan penderitaan yang saya dengar dalam pertemuan saya dengan keluarga para sandera Amerika,” kata Joe Biden.

“Tidak seorang pun harus menanggung bahkan satu hari pun dari apa yang telah mereka lalui, apalagi 100 hari."

Baca juga: Israel Ngeyel, Netanyahu Disebut Beri Joe Biden Jari Tengah, AS Makin Frustrasi & Jengkel

“Pada hari yang mengerikan ini, saya sekali lagi menegaskan kembali janji saya kepada semua sandera dan keluarga mereka, kami bersama Anda. Kami tidak akan pernah berhenti berupaya untuk memulangkan warga Amerika,” lanjutnya.

Senada dengan Biden, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga bersumpah bahwa AS tidak akan beristirahat sampai semua sandera yang tersisa kembali ke rumah.

“100 hari penahanan di Gaza terlalu lama,” ungkap Blinken, Minggu.

“Amerika Serikat tidak akan beristirahat sampai semua sandera yang tersisa, termasuk enam orang Amerika, dipertemukan kembali dengan orang yang mereka cintai," jelasnya.

Diketahui, AS memberikan dukungan militer dan diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Israel setelah 7 Oktober 2023.

Namun, Washington semakin kritis terhadap Yerusalem ketika jumlah korban tewas akibat operasi militer di Gaza meningkat, dan ketika pertempuran meningkat antara Israel dan Hizbullah.

Pemerintahan Joe Biden sangat ingin melihat pertempuran di Gaza mereda, dan situasi kemanusiaan di Jalur Gaza membaik secara signifikan.

AS dan Israel juga berselisih mengenai masa depan Gaza pascaperang, dimana Biden menginginkan Otoritas Palestina yang direvitalisasi untuk mengambil alih kekuasaan, dengan jalan menuju solusi dua negara, sementara koalisi sayap kanan Netanyahu yang garis keras menentang hal tersebut.

Gambar selebaran yang dirilis tentara Israel pada 12 Januari 2024 menunjukkan tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Tentara Israel / AFP)

Update Perang Israel-Hamas

Dikutip dari Al Jazeera, eskalasi di Tepi Barat berjalan seiring dengan perang Gaza.

Hal ini disampaikan oleh Wasel Abu Yousef dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), setelah lima warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel pada Minggu (14/1/2024) di wilayah pendudukan.

Gaza telah mengalami pemadaman telekomunikasi selama lebih dari 48 jam ketika Paltel mengatakan dua karyawannya tewas ketika mencoba memulihkan layanan.

Lalu, serangan Amerika Serikat (AS) di Yaman tidak akan menghentikan Houthi untuk menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah, kata juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam.

Serangan Israel terus berlanjut dalam semalam yang menewaskan dan melukai puluhan warga sipil di Gaza tengah dan selatan.

Baca juga: Akan Kunjungi Israel hingga Tepi Barat, Menlu Australia Desak Gencatan Senjata Berkelanjutan di Gaza

Pesawat AS menembak jatuh rudal balistik yang ditembakkan oleh Houthi Yaman ke kapal perusak Amerika di Laut Merah.

Banyak penggerebekan semalam di Tepi Barat yang diduduki yang menyebabkan dua remaja Palestina ditembak mati dan puluhan mahasiswa ditangkap.

Setidaknya 24.100 orang tewas dan lebih dari 60.800 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas 7 Oktober mencapai 1.139 orang.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini