Kabinet Perang Telah Kehilangan Wilayah Utara Israel, Kata Anggota Parlemen Israel
TRIBUNNEWS.COM- Kabinet Perang dinilai telah kehilangan wilayah utara Israel, kata Anggota Parlemen Israel.
Mantan Menteri Keamanan Avigdor Lieberman mengatakan bahwa Israel tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memenangkan perang.
Anggota Knesset Israel dan mantan Menteri Keamanan Avigdor Lieberman mengkritik metode kabinet perang Israel dalam melakukan front dengan Lebanon.
“Kabinet Perang kehilangan wilayah Utara,” kata Lieberman pada 14 Januari.
Baca juga: Pernyataan Iran Terkait Pemboman Markas Mata-mata Israel di Erbil Irak, Lokasi di Dekat Konsulat AS
“Apa yang terjadi dengan Hizbullah adalah pelanggaran hukum tingkat pertama. Jika kita tidak segera sadar, kita akan kehilangan kendali atas bagian-bagian strategis demi keamanan Negara Israel.”
Lieberman juga mengomentari foto-foto yang menunjukkan kehidupan kembali normal di Gaza, dengan mengatakan, “pasar yang ramai di Jabaliya dipenuhi dengan orang-orang yang membeli barang-barang di dekatnya, dan Rumah Sakit Shifa yang telah kembali beroperasi penuh.”
Dia kemudian mengamati bagaimana, sebaliknya, “puluhan ribu” pemukim yang tinggal di wilayah Gaza “masih jauh dari kondisi normal” dan “tersebar” di seluruh negeri.
“Itu bukan cara Anda berperang, bukan itu cara untuk mengalahkan Hamas,” kata Lieberman.
Pengalaman israel Kalah dari Hizbullah Pada 2006
Berbicara di depan perbatasan Lebanon, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mencatat bahwa tentara Israel bukan lagi tentara yang mereka menangkan secara militer di masa lalu, dengan mengatakan:
“Tentara Israel, ketika dalam kondisi baik dan lengkap dihancurkan dalam menghadapi pejuang perlawanan kami selama Perang Juli 2006. Israel dan pemukimnya adalah pihak yang harus takut akan perang, bukan Lebanon.”
“Kami telah siap berperang selama 99 hari dan tidak takut perang. Kami akan berjuang tanpa batas [jika perang diberlakukan pada kami],” ujarnya.
Anggota Knesset lainnya mengkritik kabinet perang dan keputusan mereka mengenai perang melawan faksi perlawanan Palestina, tepatnya kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pada bulan November, muncul laporan bahwa partai Likud yang mendukung Netanyahu membahas pemakzulan perdana menteri saat ini, mengatakan bahwa jika ia tetap di partai tersebut dan pemilu diadakan, sebagian besar anggota partai akan memberikan mosi tidak percaya.
Banyak pengamat, melihat salah satu dampak potensial yang muncul dari perang ini adalah potensi kehancuran karier politik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
(Sumber: The Cradle)