TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat dan Inggris sangat berambisi menghancurkan kekuatan milisi Houthi di Yaman dengan kembali membombardir Yaman dengan sejumlah aminisi, hari Senin kemarin, 22 Januari 2024.
Militer AS dan Inggris melancarkan serangan di delapan lokasi berbeda di Yaman dengan dukungan dari empat negara meliputi Australia, Bahrain, Kanada dan Belanda.
Serangan militer AS dan Inggris ke Yaman kali ini menyasar situs penyimpanan bawah tanah Houthi serta sejumlah perlengkapan militer berbahaya.
Seorang pejabat militer senior AS, yang tak mau disebut namanya mengatakan aliansi tersebut menembakkan sekitar 25 hingga 30 amunisi, termasuk di antaranya berasal dari pesawat tempur yang bermarkas di kapal induk AS.
Ini merupakan serangan gelombang kedelapan aliansi AS dalam sebulan terakhir, namun masih belum bisa menghentikan serangan Houthi terhadap kapal-kapal kargo yang melintasi Laut Merah.
Meski belum mampu menghentikan aksi Houthi di Laut Merah, namun militer AS optimistik serangan mereka telah mampu melemahkan kemampuan kelompok tersebut.
"Serangan tersebut telah menurunkan kemampuan kelompok Houthi untuk melakukan serangan yang kompleks. Kami mendapatkan efek yang diharapkan," kata pejabat militer AS kepada wartawan Pentagon.
Untuk saat ini pihak AS menolak untuk memberikan angka spesifik mengenai jumlah rudal, radar, drone atau kemampuan militer lainnya yang telah berhasil mereka hancurkan.
Baca juga: Takut Jadi Sasaran Houthi, Kapal Pesiar Royal Caribbean Batalkan Tour ke Timur Tengah
Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps bilang, serangan terbaru mereka merupakan bentuk pertahanan diri karena Houthi telah melakukan serangan terlebih dahulu terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah.
"Tindakan ini akan memberikan pukulan lain terhadap persediaan mereka yang terbatas dan kemampuan mereka mengancam perdagangan global," kata Shapps dalam pernyataan terbarunya hari Senin.
Baca juga: Memalukan, Dua Armada Elite Kapal Perang Inggris Tabrakan, Netizen: Bukan Begitu Cara Perangi Houthi
Presiden AS Joe Biden sebelumnya mengatakan aliansinya bersama Inggris dan empat negara lain tidak akan berhenti melancarkan serangan udara meskipun dirinya menyadari aksi itu tidak dapat menghentikan serangan Houthi.
Kelompok Houthi, yang menguasai wilayah terpadat di Yaman, mengatakan serangan mereka merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina ketika Israel menyerang Gaza.
Serangan Houthi telah mengganggu pelayaran global dan memicu ketakutan terhadap inflasi global. Situasi ini juga berpotensi memperluas dampak perang Israel-Hamas di kawasan Timur Tengah.
Laporan Prihastomo Wahyu Widodo | Sumber: Kontan