TRIBUNNEWS.com - Media berbahasa Ibrani, Walla, melaporkan Rusia, atas perintah Presiden Vladimir Putin, berupaya merebut kembali properti mereka, termasuk lima situs di Yerusalem yang diduduki oleh Israel.
Walla mengatakan Putin telah mengalokasikan dana untuk mencari properti milik Kekaisaran Rusia atas bekas Uni Soviet di seluruh dunia.
Mengenai hal itu, aktivis sosial dan pemantau imigran Rusia, Alex Tanzer, mengungkapkan Putin dan Sergey Stefsen, penanggung jawab atas reklamasi properti Rusia, telah melakukan pembicaraan dan negosiasi dengan pemerintah Israel selama 20 tahun terakhir.
Pembicaraan itu mengenai pengambilalihan properti Rusia yang berada di Yerusalem yang diduduki.
Tanzer menjelaskan, diskusi itu berkisar pada situs-situs yang dibeli Rusia pada abad ke-19 dan kini coba direklamasi.
Ia menyebutkan saat ini ada lima situs di Yerusalem yang diduduki yang diketahui dapat diminta Rusia dari Israel, antara lain:
- St. Sergius Guest House, yang kepemilikannya dialihkan ke Rusia pada 2012;
- Kompleks Gereja St. Alexander Nevsky, yang dijanjikan Benjamin Netanyahu akan diserahkan ke Rusia pada 2018;
- 2.500 meter persegi di King George Street untuk pembangunan konsulat Rusia;
- Elizabeth Courtyard Hotel di Musrara (saat ini digunakan sebagai pusat penahanan).
Walla mengatakan, Otoritas Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas sebelumnya telah mengembalikan properti di Betlehem dan Jericho ke kepemilikan Rusia.
Sumber itu mengklarifikasi Putin berupaya untuk mendapatkan kembali kepemilikan dan hak atas properti tersebut untuk Federasi Rusia, dengan Yerusalem yang diduduki menjadi salah satu kota di mana aset Rusia akan dicari.
Diketahui, arahan Rusia yang dikeluarkan melalui keputusan terkait pengelolaan properti Rusia atau Uni Soviet, mencakup pemberian dukungan kepada badan pemerintah yang bertanggung jawab mengelola properti itu.
Daftar properti yang dapat ditemukan di luar negeri dan termasuk dalam cakupan dekrit Rusia "Setengah Pantai Nice" diperkirakan mencakup bangunan di Yerusalem dan fasilitas produksi, seperti pabrik, galangan kapal, dan lain-lain.
Baca juga: Putin akan Geledah Yerusalem, Cari Aset Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet
Walla mengutip sumber yang mengetahui masalah ini, menyatakan Moskow terutama tertarik pada warisan budaya, selain properti yang terletak di wilayah Palestina yang diduduki, seperti Yerusalem.
Sejak tahun 2000, sekitar 4.000 properti dengan berbagai nilai telah dialihkan ke kepemilikan Rusia, termasuk properti di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Selatan.
Diketahui, Rusia sebelumnya telah mengalokasikan dana untuk mendukung upaya pencarian, pendaftaran, dan penjaminan perlindungan hukum atas properti Rusia di luar negeri, termasuk properti Uni Soviet dan Kekaisaran Rusia.
Dilaporkan TASS, keputusan itu ditandatangani oleh Putin, dimana dana ditujukan untuk Departemen Properti Luar Negeri Direktorat Administratif Presiden Federasi Rusia.
Dana itu akan dialokasikan untuk menutupi biaya yang berkaitan dengan "proses pencarian properti real estat yang dimiliki Federasi Rusia, bekas Kekaisaran Rusia, bekas Uni Soviet."
Serta, untuk "pendaftaran hak (properti)" dan "perlindungan hukum atas properti ini."
Keputusan lain mengalokasikan dana adalah dengan tujuan menutupi pengeluaran departemen untuk memelihara dan menggunakan properti federal Rusia di luar negeri.
Putin Sudah Pernah 'Tagih' Netanyahu
Pada April 2022 silam, Vladimir Putin telah menagih kepemilikan Gereja St. Alexander Nevsky di Yerusalem yang diduduki, kepada Benjamin Netanyahu.
Saat itu, Sergei Stepashin, mantan Perdana Menteri Rusia, mengatakan, "Selama lima tahun terakhir, Moskow telah berupaya agar kompleks (gereja itu) dialihkan di bawah kendali Rusia."
Dilansir Middle East Monitor, Stepashin adalah Ketua Imperial Orthodoks Palestine Society, yang bertanggung jawab atas situs-situs suci Rusia di Israel.
Baca juga: Partai Komunis di Rusia Peringati 100 Tahun Kematian Vladimir Lenin saat Putin Mengabaikannya
"Kami berjuang untuk kembalinya St. Alexander Nevsky, dan ini adalah hal yang sulit," lapor kantor berita Rusia, Interfax, kala itu, yang mengutip pernyataan Stepashin.
"Situasi muncul dengan Ukraina (perang), dan Israel telah bertindak seperti yang diharapkan; berusaha menyenangkan semua orang, baik di sini maupun di sana," tambah dia.
Seorang analis Rusia yakin Israel enggan menyerahkan properti tersebut pada saat Rusia sedang dikenai sanksi oleh Barat akibat invasi mereka ke Ukraina.
Diketahui, Netanyahu menyetujui pemberian Alexander's Courtyard kepada Rusia pada 2020.
Halamannya, yang mencakup Gereja St Alexander Nevsky, terletak di dekat Gereja Makam Suci.
Langkah tersebut dipandang sebagai isyarat niat baik setelah Rusia membebaskan Naama Issachar, seorang warga negara Israel yang ditangkap pada 2019 setelah polisi menemukan sembilan gram ganja di tasnya saat singgah di bandara Moskow.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)