TRIBUNNEWS.COM - Kelompok milisi Kataib Hizbullah yang didukung Iran mengumumkan penghentian operasi permusuhan terhadap pasukan AS, Al Jazeera melaporkan.
AS sebelumnya berjanji akan meminta pertanggungjawaban Iran setelah kematian 3 tentaranya.
Pada 28 Januari lalu, 3 tentara AS tewas dalam serangan udara yang menargetkan pangkalan militer AS yang disebut Tower 22.
Tower 22 terletak di Yordania, dekat perbatasan Suriah dan Irak.
Upaya de-eskalasi Kataib Hizbullah diumumkan pada Selasa (30/1/2024) malam waktu setempat.
Dikatakan mereka tidak ingin mempermalukan pemerintah Irak, basis kelompok mereka.
Namun niat tersebut disambut dengan skeptisisme di Amerika Serikat.
Pentagon menuduh telah terjadi tiga serangan lainnya sejak kematian 3 tentara AS itu.
Berbicara pada hari Selasa (30/1/2024) di Washington, DC, Presiden AS Joe Biden mengaitkan serangan tersebut dengan Iran.
“Saya menganggap mereka bertanggung jawab dalam artian mereka memasok senjata kepada pelakunya,” katanya.
Namun, Biden menyatakan tidak menginginkan perang yang lebih luas di wilayah tersebut.
Sementara itu pada hari Rabu (31/1/2024), kepala Garda Revolusi Iran Hossein Salami menegaskan bahwa Iran akan merespons dengan cara yang sama jika AS mengambil tindakan untuk menyerang negaranya.
“Kami mendengar ancaman datang dari para pejabat Amerika, kami memberi tahu mereka bahwa mereka telah menguji kami dan kami sekarang saling mengenal, tidak ada ancaman yang tidak dibalas,” katanya, menurut kantor berita semi-resmi Tasnim.
Iran sering mengatakan kelompok perlawanan bertindak sendiri dalam menanggapi kejahatan Israel di Gaza.
Baca juga: Jika Terjadi, Serangan AS ke Iran Disebut Akan Timbulkan Bencana bagi Ekonomi Dunia, Apa Itu?