News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

AS Lancarkan Serangan Udara terharap Kelompok yang Didukung Iran di Irak dan Suriah, 23 Orang Tewas

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

F-18E Super Hornet Angkatan Laut AS mendekat untuk menerima bahan bakar dari KC-135 Stratotanker di Irak utara setelah melakukan serangan udara di Suriah, 23 September 2014. 23 orang tewas di Suriah buntut serangan AS di wilayah perbatasan Irak-Suriah, yang menargetkan kelompok-kelompok yang didukung Iran.

TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 23 orang tewas setelah Amerika Serikat melancarkan serangkaian serangan balasan pertamanya terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Irak dan Suriah, Jumat (2/2/2023) malam.

Serangan itu merupakan bentuk balasan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania.

Dilansir Middle East Eye, Komando Pusat AS (Centcom) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pasukannya menyerang lebih dari 85 sasaran di Irak dan Suriah.

Mereka menargetkan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam Iran serta kelompok bersenjata lain yang berafiliasi di kedua negara tersebut.

“Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran dan kelompok milisi yang berafiliasi dengannya terus menjadi ancaman langsung terhadap stabilitas Irak, kawasan, dan keselamatan warga Amerika,” kata komandan Centcom Jenderal Michael Erik Kurilla.

"Kami akan terus mengambil tindakan, melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi negara kami, orang-orang, dan meminta pertanggungjawaban mereka yang mengancam keselamatan mereka."

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa serangan di Suriah telah menewaskan 23 pejuang pro-Iran.

“Jumlah korban tewas meningkat menjadi 23 orang, yakni 10 pejuang pro-Iran di daerah Deir Ezzor dan 13 di daerah Mayadeen,” kata Rami Abdurrahman, ketua organisasi tersebut.

Serangan udara AS yang menargetkan militan pro-Iran di Suriah dan Irak pada Jumat (2/2/2024) malam. (X)

Ia menambahkan bahwa sembilan dari pejuang tersebut adalah warga Suriah dan enam lainnya adalah warga Irak.

Tidak ada korban jiwa warga sipil yang dilaporkan.

Serangan itu dikutuk di Bagdad dan Damaskus.

Baca juga: Suriah Sebut Serangan Udara AS Picu Konflik di Timur Tengah: Cara yang Sangat Berbahaya

Jenderal Yehia Rasool, juru bicara Perdana Menteri Irak Mohamed Shia al-Sudani, mengatakan serangan itu merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara dan akan membawa konsekuensi bencana bagi keamanan dan stabilitas Irak dan kawasan.

Irak kemudian mengatakan akan memanggil kuasa usaha AS di Bagdad untuk menyampaikan protes resmi.

“Sebagai protes atas agresi AS yang menargetkan situs sipil dan militer Irak, Kementerian Luar Negeri akan memanggil Kuasa Usaha AS David Burger,” kata pernyataan kementerian tersebut.

Militer Suriah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan AS di timur negara itu telah menewaskan sejumlah warga sipil dan personel militer, melukai beberapa orang, dan menyebabkan kerusakan besar pada properti pribadi dan publik.

Dikatakan bahwa serangan tersebut telah melemahkan perjuangan tentara Suriah melawan sisa-sisa kelompok ISIS di wilayah tersebut.

“Agresi AS hari ini tidak memiliki pembenaran, namun ini merupakan upaya untuk melemahkan kemampuan tentara Suriah dalam memerangi terorisme,” katanya.

Seorang reporter kantor berita Suriah, Sana, mengatakan ledakan terdengar di kota Deir Ezzor dan menyebabkan pemadaman listrik di daerah sekitarnya.

Serangan tersebut menggunakan pesawat termasuk pembom jarak jauh yang diterbangkan dari Amerika Serikat dan serangan udara menggunakan lebih dari 125 amunisi presisi, menurut Centcom.

Militer AS mengatakan lokasi yang diserangnya yakni pusat komando; pusat intelijen, roket dan rudal; dan fasilitas logistik dan rantai pasokan.

Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tanggapan AS akan terus berlanjut.

“Tanggapan kami dimulai hari ini. Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih,” katanya.

“Amerika Serikat tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia."

"Namun, biarlah semua orang yang ingin menyakiti kami mengetahui hal ini: Jika Anda menyakiti orang Amerika, kami akan membalasnya.”

Seorang petugas IRGC tewas di Suriah

Serangkaian serangan udara juga dilaporkan terjadi di Suriah pada Jumat pagi, sebelum AS melancarkan serangannya.

Baca juga: Irak Kecam Serangan AS di Perbatasan Irak-Suriah: Ini Langgar Kedaulatan

Media Iran awalnya mengakitkan serangan itu dengan Israel, yang menewaskan seorang perwira IRGC di distrik selatan Damaskus.

Beberapa media Iran melaporkan bahwa identitas petugas tersebut adalah Saeed Alidadi, yang ditugaskan ke Suriah untuk menjadi penasihat militer.

Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut atau berkomentar secara terbuka mengenai hal itu.

Sementara itu, AS telah bersiap-siap dalam seminggu terakhir ini untuk menanggapi serangan di Yordania.

Pemerintahan Biden menjanjikan tanggapan bertahap terhadap serangan yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu.

Serangan di Yordania terjadi pada hari Minggu (28/1/2024) di dekat perbatasan dengan Suriah dan menyebabkan tiga tentara AS tewas dan melukai lebih dari 30 lainnya.

Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa serangan di Yordania terkait dengan “Perlawanan Islam di Irak”, sebuah kelompok payung paramiliter yang didukung Iran.

Serangan ini terjadi pada saat yang sama ketika pesawat tak berawak AS kembali ke pangkalan, sehingga menimbulkan kebingungan apakah pesawat tak berawak yang masuk itu adalah teman atau musuh.

Oleh karena itu, sistem pertahanan udara tidak segera diaktifkan.

Kelompok Perlawanan Islam di Irak adalah kelompok payung yang dibentuk pada bulan Oktober sebagai tanggapan terhadap perang Israel di Gaza.

Kelompok itu telah melakukan serangan terhadap sasaran AS di Irak, Suriah dan sekarang Yordania.

Kelompok ini juga mengaku bertanggung jawab atas serangan di Israel.

Semua organisasi dalam kelompok tersebut pro-Iran dan yang paling menonjol di antara mereka adalah Kataib Hizbullah.

Komentar pada hari Kamis dari Kirby, juru bicara Gedung Putih, mencatat bahwa AS yakin serangan Yordania memiliki jejak Kataib Hizbullah.

Baca juga: Komite Perlawanan Palestina: Hizbullah-Houthi-Kataib Hizbullah Bersatu, Awal Habisnya Israel

Tak lama setelah itu, Kataib Hizbullah mengumumkan penghentian operaso terhadap pasukan AS.

Sejak pengumuman tersebut, tidak ada serangan baru terhadap AS di wilayah tersebut.

“Kami mengumumkan penangguhan operasi militer dan keamanan terhadap pasukan pendudukan untuk mencegah rasa malu bagi pemerintah Irak,” kata Abu Hussein al-Hamidawi, sekretaris jenderal kelompok paramiliter tersebut.

“Kami akan terus membela rakyat kami di Gaza dengan cara lain.”

Milisi yang didukung Iran telah melancarkan lebih dari 150 serangan terhadap pasukan AS di wilayah tersebut sejak 7 Oktober, ketika perang antara Palestina dan Israel dimulai.

AS juga telah melakukan beberapa serangan balasan di Irak dan Suriah sejak 7 Oktober.

Serangan pada hari Jumat tidak terjadi di wilayah Iran.

Middle East Eye melaporkan awal pekan ini bahwa pejabat dan mantan pejabat AS mengatakan serangan langsung terhadap Iran tidak mungkin terjadi.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini