News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Ini Sosok Pemersatu Semua Faksi Palestina yang Diperjuangkan Hamas Agar Bebas dari Penjara Israel

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria mengangkat plakat yang menampilkan pemimpin Fatah Marwan Barghouti yang dipenjara, di luar markas besar Komite Palang Merah Internasional di kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, pada 2 Agustus 2022.

Ini Sosok Presiden Masa Depan Palestina yang Diperjuangkan Hamas Agar Bebas dari Penjara Israel

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan pembebasan Palestina, Hamas dilaporkan menuntut pembebasan Marwan Barghouti, dalam perundingan gencatan senjata dengan Israel.

The Associated Press melaporkan, Marwan Barghouti dinilai sebagai tahanan paling terkenal Palestina yang ditahan oleh Israel.

Marwan Barghouti juga disebut-sebut sebagai calon presiden Palestina di masa depan.

Baca juga: Kalah Telak, Media Israel: Kesepakatan Gencatan Senjata Baru, Nama-Nama Besar Palestina Bakal Bebas

"Kebebasan Barghouti menjadi pusat (pembahasan) perundingan," tulis laporan tersebut dikutip Senin (5/1/2024).

AP melansir, tujuan kelompok milisi Palestina tampaknya berfokus pada dua hal, yaitu meningkatkan dukungan publik terhadap partai mereka dan mengakui posisi langka Barghouti sebagai pemersatu warga Palestina.

Baca juga: Kesaksian Saat Pertukaran Tawanan di Gaza: Hamas Benar-benar Tidak Bisa Dibunuh Israel

"Hamas ingin menunjukkan kepada rakyat Palestina kalau mereka bukanlah gerakan tertutup. Mereka mewakili bagian dari komunitas sosial Palestina. Mereka berusaha terlihat bertanggung jawab," kata Qadoura Fares dari Kementerian Urusan Tahanan Palestina di wilayah Tepi Barat kepada AP.

Seorang perempuan Palestina menatap mural bergambar wajah pemimpin gerakan Fatah Marwan Barghouti yang ditahan di penjara Israel saat dia berjalan di tembok beton pembatas yang dibangun Israel di dekat Ramallah, Tepi Barat, 24 September 2020. (REUTERS/Mohamad Torokman )

Baca juga: PNS-nya Bisa Gajian, Hamas Kerahkan Pasukan ke Lokasi di Mana Tentara Israel Ditarik Mundur di Gaza 

Mandela-nya Palestina

Menurut lembaga studi Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, Barghouti sering digambarkan oleh orang Palestina sebagai 'Mandela-nya Palestina.'"

Ia dipandang sebagai calon presiden Palestina penerus Mahmoud Abbas yang sudah lanjut usia.

Diketahui, Nelson Mandela adalah pemimpin perlawanan terhadap rezim apartheid di Afrika Selatan yang menghabiskan 27 tahun penjara.

Dia kemudian menjadi presiden kulit hitam pertama di negara itu.

Adapun Barghouti, 64 tahun, adalah anggota terkemuka gerakan sekuler Fatah dan mendukung proses perdamaian dengan Israel pada tahun 1990-an namun berubah menjadi sosok perlawanan karena kecewa atas kepalsuan janji Israel.

Dia kemudian memimpin Intifada Kedua (pemberontakan) yang dimulai pada tahun 2000.

Barghouti ditangkap pada tahun 2002 dan menjalani lima hukuman seumur hidup di penjara Israel karena perannya dalam beberapa serangan bom bunuh diri yang mematikan terhadap sasaran-sasaran Israel.

Sepanjang persidangannya, Barghouti menolak mengakui legitimasi pengadilan Israel dan membela diri.

Di masa lalu, ia mengatakan ia mendukung serangan terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat namun tidak mendukung pembunuhan warga Israel di perbatasan sebelum tahun 1967.

Baca juga: Darah Sudah Tumpah di Gaza, Marwan Barghouti Serukan Fatah-PA Bangkit Melawan Israel di Tepi Barat

Barghouti ditangkap oleh pasukan keamanan Israel di kota Ramallah, Tepi Barat pada 15 April 2002. (HO)

Sosok Disegani dan Dihormati

Meskipun dipenjara selama beberapa dekade, Barghouti masih mendapat rasa hormat dan dukungan luas dari semua faksi Palestina.

Dia adalah politisi paling populer di kalangan warga Palestina, mengungguli pemimpin Palestina saat ini, Mahmoud  Abbas dan pemimpin  Hamas, Ismail Haniyeh, menurut jajak pendapat yang diterbitkan pada bulan Desember.

Tuntutan Hamas muncul ketika mediator internasional terus berupaya mengakhiri konflik setelah hampir empat bulan pertempuran, yang terjadi setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel, sementara sekitar 240 lainnya disandera di Gaza.

Israel melancarkan serangkaian serangan udara yang menghancurkan dan invasi darat ke wilayah tersebut sebagai balasan atas serangan Hamas tersebut, yang sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 27.000 warga Palestina tewas.

Israel menuntut agar Hamas membebaskan lebih dari 100 sandera, sementara Hamas menyerukan agar Israel menghentikan serangannya dan membebaskan ribuan tahanan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mencapai kesepakatan mengenai sandera Israel ketika para pengunjuk rasa terus menyuarakan kemarahan mereka atas cara dia menangani situasi tersebut.

Baca juga: 40 Pejabat Tinggi Desak Netanyahu Dipecat, Perwira Mossad: Israel Kini Dipimpin Orang-orang Idiot

(oln/BI/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini