News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

AS Akui Berbohong, Ternyata Tak Beritahu Irak Sebelum Serang 85 Lokasi Dekat Suriah

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) John Kirby berbicara selama pengarahan harian di Ruang Pengarahan Brady Gedung Putih di Washington, DC, pada 31 Januari 2024. -- John Kirby akui AS berbohong bahwa AS sudah beritahu Irak sebelum menyerang wilayahnya.

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Kirby mengakui kesalahan informasi yang membuatnya berbohong bahwa AS telah memberitahu pemerintah Irak sebelum menyerang 85 lokasi di perbatasan Irak-Suriah pada Jumat (2/2/2024).

Awalnya, John Kirby mengatakan AS telah memberitahu Irak sebelum menyerang wilayahnya untuk menargetkan militan pro-Iran.

Ia membela diri dengan mengatakan AS tidak berniat menipu dan kesalahan itu adalah hal yang tidak disengaja.

“Saya sangat meminta maaf atas kesalahan ini dan saya menyesali segala kebingungan yang ditimbulkannya. Hal ini didasarkan pada informasi yang kami miliki atau yang diberikan kepada saya pada jam-jam awal setelah penyerangan. Ternyata informasi itu tidak benar,” kata John Kirby, dikutip dari Anadolu, Kamis (8/2/2024).

“Saya harap Anda memahami bahwa tidak ada niat buruk di baliknya, tidak ada niat yang disengaja untuk menipu atau membuat kesalahan,” lanjutnya.

John Kirby terpaksa menarik kembali pernyataannya pekan lalu setelah mendapat konfirmasi dari wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel.

"Para pemimpin Irak tidak diberi informasi sampai segera setelah serangan terjadi,” kata Vedant Patel.

AS Serang Militan Pro-Iran di Irak dan Suriah

Komando Pusat AS (CENTCOM) yang mengawasi operasi di Timur Tengah dan Asia Tengah, mengumumkan pesawat tempur AS menyerang 85 titik lokasi militan pro-Iran di Irak dan Suriah pada Jumat (8/2/2024).

Serangan tersebut melibatkan banyak pesawat, yang menjatuhkan lebih dari 125 amunisi presisi ke puluhan sasaran.

"Di antara lokasi yang diserang adalah instalasi komando dan kontrol, pusat intelijen, gudang senjata, dan fasilitas rantai pasokan yang dioperasikan oleh milisi yang didukung Iran," kata CENTCOM.

Baca juga: Mengenal Kataib Hizbullah, Kelompok Militan Syiah Irak yang Didukung Iran

Operasi itu diluncurkan sebagai pembalasan atas serangkaian serangan terhadap pangkalan AS di perbatasan Irak, Suriah, dan Yordania.

Pada Minggu (28/1/2024), serangan drone dari militan pro-Iran menewaskan tiga tentara AS dan melukai lebih dari 40 lainnya di Menara 22, sebuah pangkalan AS di Yordania, dekat perbatasan Suriah dan Irak.

Perlawanan Islam di Irak mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dengan alasan menargetkan AS yang merupakan sekutu Israel untuk melancarkan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 27.708 jiwa sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (7/2/2024), 1.147 kematian di wilayah Israel, dan 375 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Selasa (30/1/2024), dikutip dari Anadolu.

Israel memperkirakan, masih ada kurang lebih 137 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Israel melakukan pemboman besar-besaran di Jalur Gaza dan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat, menyusul Operasi Badai Al-Aqsa yang diluncurkan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, pada Sabtu (7/10/2023).

Irak Kutuk Serangan AS di Wilayahnya

Juru bicara militer Irak, Yahya Rasoul, mengecam AS tak lama setelah serangan AS terhadap militan pro-Iran di wilayahnya.

Ia membenarkan telah terjadi serangan udara AS di wilayah Al-Qaim, yang berbatasan dengan Suriah dan di wilayah perbatasan Irak lainnya.

“Kota-kota Al-Qaim dan daerah perbatasan Irak menjadi sasaran serangan udara oleh pesawat AS, karena serangan ini terjadi pada saat Irak sedang berusaha untuk menjamin stabilitas kawasan," katanya, seperti diberitakan Iraqi News Agency (INA), Sabtu (3/2/2024).

Yahya Rasoul menyebut serangan itu adalah pelanggaran terhadap kedaulatan Irak.

“Serangan ini merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Irak, melemahkan upaya pemerintah Irak, dan merupakan ancaman yang akan menyeret Irak dan wilayah tersebut ke dalam konsekuensi yang tidak diinginkan," tambahnya.

Juru bicara militer itu khawatir akan konsekuensi berat terhadap keamanan dan stabilitas Irak setelah serangan itu.

"Konsekuensinya akan sangat buruk bagi keamanan dan stabilitas di Irak dan wilayah tersebut," lanjutnya.

Ia menolak wilayah Irak dijadikan medan pertempuran AS untuk menyelesaikan masalahnya.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini