Media AS: Lima Ribu Hamas Masih Aktif Underground dan On Ground di Gaza Utara, Terowongan Masih Utuh
TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Amerika Serikat (AS) The New York Times (TNYT) melaporkan kalau sebagian besar sebagian besar jaringan terowongan Hamas masih utuh di Jalur Gaza meski Israel sudah melepaskan bombardemen dahsyat selama lima bulan tanpa henti.
Laporan TNYT itu mengutip para pejabat AS yang mengatakan kalau Israel tidak akan mampu mencapai target mereka yaitu menghilangkan kemampuan militer Hamas di masa mendatang.
Baca juga: Gaza Selatan Meledak Lagi, Tank IDF Hangus, Tentara Israel Panggil Bala Bantuan di Gerbang Al-Zaytun

"Setidaknya 5.000 pejuang Hamas masih berada di Jalur Gaza utara, baik di atas maupun di bawah tanah. Dan gerakan Perlawanan tetap aktif di sana, mampu meluncurkan roket ke Israel dan menyerang pasukan infanteri Israel," tulis laporan surat kabar AS tersebut.
Aktifnya perlawanan dari kelompok-kelompok pembebasan Palestina ini sekali membuktikan kalau jaringan terowongan di bawah Gaza sebagian besar masih utuh dalam tidak bisa dihancurkan Israel.
Baca juga: Menyergap dari Reruntuhan Khan Yunis, Brigade Al-Qassam Tewaskan Tentara Infanteri Israel
Laporan tersebut menyoroti, ketidakjelasan dari perintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut tujuan utama perang adalah “menghancurkan Hamas”.
Hingga lebih dari lima bulan jalannya perang, para mantan pejabat maupun pejabat militer Israel saat ini, masih belum memahami dan menerjemahkan perintah tersebut.
Hasilnya, lebih dari 29.000 warga Palestina terbunuh, lingkungan tinggal mereka rata dengan tanah, “keluarga-keluarga musnah, anak-anak menjadi yatim piatu, dan sekitar 1,7 juta orang terpaksa mengungsi.
Gedung Putih sebelumnya telah menyebutkan, meskipun target yang dapat dicapai” bagi Israel adalah “menghilangkan ancaman militer yang ditimbulkan oleh Hamas”, namun menghilangkan sepenuhnya kelompok tersebut mungkin tidak dapat dicapai.
Baca juga: Gedung Putih Akui Ideologi Hamas Tak Mungkin Dihilangkan, Masih Miliki Kemampuan Signifikan di Gaza
Garis Komando IDF Total Chaos
Mayor Jenderal (Purn) Israel, Itzhak Brik, komando tentara IDF mengalami 'total chaos' atau kekacauan total dalam hal ketersediaan peralatan dan layanan logistik yang diperlukan untuk perang.
Anadolu melaporkan, Sabtu (24/2/2024), Itzhak Brik, mantan jenderal militer IDF, mengatakan kepada harian Israel Maariv tentang “kekacauan total di tentara Israel yang tidak dibicarakan di media.”
Baca juga: Dari Karpet, Kosmetik, Hingga Sepeda Motor: Tentara IDF Menjarah Rumah-Rumah di Gaza Secara Massal
Dia mengatakan, “Peralatan, logistik, makanan, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk membuat kita mencapai kemajuan kita tidak berfungsi, karena tentara telah mempercayakan segalanya kepada perusahaan swasta.”
Kacaunya garis komando di IDF terkait peralatan dan logistik perang itu, kata dia, menjadi hambatan tersendiri bagi capaian IDF di Gaza.
“Tidak ada yang segera memperbaiki tank, puluhan tank tertahan di Jalur Gaza menunggu untuk ditarik,” tambahnya.
Mantan jenderal Israel tersebut mencatat bahwa “tentu saja, media tidak membicarakan hal ini, tetapi peralatannya (alat militer Israel) tidak berfungsi.”
Baca juga: Gaza Selatan Meledak Lagi, Tank IDF Hangus, Tentara Israel Panggil Bala Bantuan di Gerbang Al-Zaytun
Tentara IDF Tidak Siap Masuk Gaza
Brik menyatakan, dia telah bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebanyak enam kali sejak dimulainya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober.
“Tetapi stafnya tidak ingin dia (Netanyahu) mendengar kebenaran, jadi mereka menjauhkannya dari saya,” katanya.
Dia menambahkan: “Saya mengatakan kepadanya bahwa tentara tidak siap untuk segera berperang, karena ada tentara. yang belum berlatih selama lima tahun dan kekurangan peralatan.”
“Saya suruh dia, "biarkan mereka berlatih dan mempersiapkan diri", karena masyarakat sekarang yang membeli peralatan. Untungnya dia mendengarkan, menelepon Menteri Pertahanan (Yoav Galant), dan menunda masuk ke Gaza selama dua minggu,” ujarnya.
Baca juga: Gaza Selatan Meledak Lagi, Tank IDF Hangus, Tentara Israel Panggil Bala Bantuan di Gerbang Al-Zaytun
Sejak dimulainya operasi darat Israel di Gaza pada 27 Oktober, 237 tentara Israel dilaporkan tewas.
Angka ini diyakini jauh lebih banyak dari apa yang dipublikasikan.
Adapun sebanyak 576 tentara Israel telah tewas sejak dilancarkannya serangan Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober menyusul serangan Hamas.
Pemboman Israel yang terjadi kemudian menewaskan lebih dari 29.600 warga Palestina dan melukai sekitar 69.737 orang disertai kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
(oln/anadolu/memo/*)