TRIBUNNEWS.COM – Faksi-faksi Palestina mendesak digelarnya kampanye besar bertajuk “Banjir Ramadan” menjelang bulan puasa.
Banjir Ramadan adalah kampanye yang bertujuan untuk mendukung warga Palestina di tengah gempuran pasukan Israel di Jalur Gaza.
Istilah itu memiliki kemiripan dengan istilah "Banjir Al-Aqsa", yakni istilah yang diberikan kepada operasi Hamas tanggal 7 Oktober 2023.
Dalam pernyataan hari Minggu, (3/3/2024), faksi-faksi Palestina mendesak semua masyarakat dunia yang “sadar” untuk menggelar mobilisasi besar-besaran guna menghalangi rencana Israel dan mendesak dihentikannya genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Dilansir dari Press TV, kampanye itu termasuk aksi boikot dan penghentian semua aliran pasokan ke Israel.
Di samping itu, ada pula imbauan untuk mendeklarasikan aksi pemogokan dan aksi duduk di alun-alun serta pawai di semua kota.
Faksi itu berujar Israel ingin melenyapkan perjuangan warga Palestina dan menjalankan rencananya terhadap warga Palestina.
Rencana Israel itu dilakukan melalui pengusiran, pembangunan permukiman, Yahudisasi tempat suci, pembersihan etnis, dan diskriminasi rasial.
Tak hanya itu, faksi Palestina juga meyinggung pentingnya “menghidupkan perjuangan” dalam segala bentuk.
“Bangsa-bangsa Arab dan Islam dan seluruh dunia harus bersatu dalam gerakan global yang populer dan resmi untuk menghadapi bahaya Zionis dan proyek likuidasi terorisnya yang melebihi fasisme dan Nazisme dalam bentuk dan perwujudan terburuknya,” kata mereka dalam pernyataan.
“Perjuangan warga Palestina dan Jalur Gaza sedang terancam oleh perang genosida dan suatu agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menargetkan semua arti kemanusiaan.”
Pernyataan itu ditandatangani oleh “faksi-faksi Palestina” dan tidak menyebutkan nama-nama kelompok secara spesifik.
Baca juga: Anggota Parlemen 13 Negara Serukan Embargo Senjata Segera ke Israel
Sejak perang Hamas-Israel meletus, unjuk rasa pro-Palestina digelar tiap minggu atau tiap bulan di dunia ini.
Sementara itu, Kota Rafah di Gaza menjadi satu-satunya pusat perkotaan di kawasan itu yang belum diserbu oleh pasukan Israel lewat jalur darat. Namun, Rafah telah dihantam oleh serangan udara.
Global Day Action
Adapun sehari sebelumnya ada jutaan orang di dunia yang turun ke jalan guna menyampaikan dukungan kepada warga Palestian di Gaza. Aksi itu disebut sebagai Global Day Action.
Di San Francisco, Amerika Serikat (AS), para pengunjuk rasa membunyikan drum dan mengibarkan bendera.
Salah satu yang mengikuti aksi demonstrasi itu adalah Ahmad Ayish, seorang lansia berusia 96 tahun.
“Saya bergabung dengan aksi unjuk rasa yang menuntut keadilan dan perdamaian. Kami sudah cukup menderita,” kata Ayish yang aslinya berasal dari El Bireh di Tepi Barat, dikutip dari The New Arab.
Dia menuding AS punya kaitan dengan persoalan yang kini mendera warga Palestina.
“Amerika Serikat adalah bagian dari permasalahan ini. Unjuk rasa ini memberi tahu AS bahwa mera adalah bagian dari permasalahan ini. Penting untuk mengizinkan rakyat Amerika mengetahui apa yang sedang terjadi,” katanya menambahkan.
Ayish mengaku ingin melihat ada perdamaian dan keadilan di antara orang Arab dan Yahudi.
Dalam unjuk rasa itu Ayish ditemani oleh sekitar 15.000 orang yang turut menyampaikan aspirasi mereka.
Baca juga: Wapres AS Desak Israel Lakukan Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Tuntut Akses Bantuan Dipermudah
Beberapa di antara mereka membawa tulisan yang terbaca “Yahudi berkata: Bukan atas Nama Kami”.
Sementara itu, yang lainnya memegang plakat bertulisakan “Buruh untuk Palestina”.
“Ada banyak kekhawatiran dan tekanan agar melakukan apa pun yang kami bisa dalam diaspora ini,” kata Rami Abdelkarim, salah satu penyelenggara unjuk rasa.
“Orang-orang merasa termotivasi untuk turun ke jalan dalam momen yang penting ini.”
Israel sudah menggempur Gaza selama 6 bulan. Korban tewas di pihak Palestina dilaporkan sudah menembus angka 30.000 jiwa.
Adapun korban luka diperkirakan mencapai 70.000 orang.
Kementerian Kesehatan Gaza juga mulai melaporkan kasus kematian akibat malnutrisi dan dehidrasi.
Beberapa hari lalu Israel membunuh lebih dari 100 warga Palestina yang tengah mengantre bantuan makanan. Aksi keji itu menimulkan kegeraman dan kegemparan di seluruh dunia.
(Tribunnews/Febri)