TRIBUNNEWS.COM - Khawatir akan terjadi perang besar-besaran dengan kelompok Hizbullah Lebanon, warga Israel dilaporkan memborong generator listrik dan peralatan penerangan darurat lainnya yang dapat mereka gunakan jika terjadi pemadaman listrik di seluruh negeri.
Warga Israel bergegas ke toko dan membeli produk darurat, termasuk generator, senter, lampu malam nirkabel, dan baterai cadangan, Maariv melaporkan pada hari Jumat.
Hizbullah terlibat dalam bentrokan lintas batas dengan tentara Israel sejak dimulainya perang Gaza untuk mendukung Palestina.
Sebuah laporan bulan lalu di situs kembaran The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed, mengatakan Hizbullah dapat menargetkan infrastruktur listrik Israel, sehingga menyebabkan pemadaman listrik berkepanjangan dan berdampak pada rumah sakit.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, telah memperingatkan bahwa kelompoknya mampu menyerang target apa pun di Israel, bahkan sampai ke kota paling selatan Israel, Eilat.
Israel telah mengadakan pertemuan darurat yang tidak dipublikasikan baru-baru ini untuk mensurvei rencana darurat yang mencakup generator cadangan, menurut laporan tersebut, khususnya di komunitas dekat perbatasan dengan Lebanon.
Grup Hamilton, yang mengimpor produk listrik dan teknologi ke Israel, mengatakan kepada Maariv bahwa ada permintaan yang sangat tinggi untuk pengisi daya portabel dan generator rumah yang dapat mengisi daya hingga lima perangkat pada saat yang bersamaan.
CEO perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka mempercepat pasokan stok produk tambahan yang dapat digunakan oleh Israel dalam keadaan darurat, seperti skenario perang.
Orang lain yang bekerja di bidang kelistrikan di Israel mengatakan kepada Maariv bahwa panic buying tidak hanya terjadi pada individu, tetapi juga pada perusahaan besar, terutama di sektor teknologi tinggi.
Liron Katz mengatakan kepada publikasi tersebut bahwa hampir mustahil untuk memenuhi permintaan.
Ia menambahkan bahwa semua orang akan panik jika mereka tidak dapat menemukan peralatan penerangan darurat.
Baca juga: Hizbullah Kirim 668 Roket Berlintasan Melengkung, 570 Rumah Pemukim Israel Hancur di Front Utara
Pertempuran antara Hizbullah dan Israel telah menewaskan hampir 300 orang di Lebanon.
Sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hizbullah dan sekitar 50 warga sipil, termasuk tiga jurnalis.
Israel mengatakan 10 tentaranya dan enam warga sipil tewas, namun Hizbullah mengatakan jumlahnya lebih tinggi.
Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi di kedua sisi perbatasan.
Banyak desa di selatan Lebanon juga menjadi puing-puing akibat serangan udara Israel.
Update Perang Israel-Hamas
Sementara itu, setidaknya 30.410 orang telah tewas dan 71.700 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, mengutip Aljazeera.
Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang.
Perundingan gencatan senjata dilaporkan dilanjutkan di Mesir pada hari Minggu (3/3/2024).
Namun rincian mengenai kemungkinan jeda pertempuran selama enam minggu masih belum jelas meskipun para pejabat AS mengklaim bahwa gencatan senjata sudah dekat.
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada AFP pada hari Minggu bahwa gencatan senjata dapat dicapai “dalam waktu 24 hingga 48 jam” jika Israel menerima tuntutan mereka.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan puluhan orang tewas dan terluka dalam pembantaian para pencari bantuan di bundaran Kuwait di Kota Gaza.
Kementerian mengatakan sedikitnya 15 anak meninggal dalam beberapa hari terakhir karena kekurangan gizi dan dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan di Kota Gaza, beberapa jam setelah kepala Dana Anak-anak PBB (UNICEF) memperingatkan adanya kekurangan gizi akut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)