TRIBUNNEWS.COM - Polisi Turki meringkus tujuh tersangka yang diduga menjual informasi kepada agen mata-mata Israel, Mossad.
Penggerebekan tersebut merupakan operasi gabungan dengan Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT).
"Para tersangka ditahan pada Selasa (5/3/2024), dalam penggerebekan yang dilakukan secara serentak di Istanbul," ungkap Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya melalui platform X (Twitter).
Penangkapan tersebut adalah yang terbaru dari gelombang penangkapan serupa di Turki.
"Para tahanan tersebut diduga mengumpulkan data individu dan perusahaan di Turki lalu menjualnya ke badan intelijen Israel," kata Yerlikaya, dikutip dari Al Jazeera.
“Kami tidak akan pernah membiarkan aktivitas spionase dilakukan di dalam perbatasan negara kami. Kami akan menangkap mereka satu per satu dan membawa mereka ke pengadilan,” tegas Yerlikaya.
Sebuah video yang dirilis oleh Menteri Dalam Negeri menunjukkan polisi menggerebek rumah-rumah di Istanbul.
Beberapa senjata, obat-obatan, dan perangkat elektronik juga disita petugas.
Belum ada informasi terkait apakah ada tuntutan hukum yang dilayangkan.
Anadolu Agency mengutip pejabat keamanan yang tidak disebutkan namanya mengatakan, mereka yang ditahan pada Selasa (5/3/2024) termasuk seorang mantan pegawai negeri yang saat ini bekerja sebagai detektif swasta, yang diduga dilatih oleh Mossad di Beograd, Serbia.
Dia dilaporkan mengumpulkan informasi tentang perusahaan dan individu di Timur Tengah, dan menempatkan alat pelacak di kendaraan orang-orang yang menjadi sasaran intelijen Israel.
Baca juga: Lagi, Iran Eksekusi Mati Agen Mossad Israel karena Berencana Serang Kompleks Militer di Isfahan
"Dia menerima pembayaran dalam mata uang kripto yang tidak muncul dalam catatan resmi," kata MIT.
Pihak berwenang belum memberikan informasi tambahan terkait kasus ini.
Sementara, Israel juga tidak segera mengomentari operasi tersebut.
Gelombang penangkapan
Bulan lalu, tujuh orang lainnya ditangkap dengan alasan serupa.
Sementara pada awal Januari 2024, sebanyak 34 orang ditahan oleh polisi Turki karena dicurigai menjadi mata-mata Israel.
Para tersangka dituduh berencana melakukan kegiatan, termasuk pengintaian dan “mengejar, menyerang, dan menculik” warga negara asing yang tinggal di Turki.
Saat itu, Menteri Kehakiman Yilmaz Tunc mengatakan sebagian besar tersangka didakwa melakukan “spionase politik atau militer” atas nama intelijen Israel.
Ketegangan hubungan Turki-Israel
Setelah ketegangan selama bertahun-tahun, Turki dan Israel menormalisasi hubungan pada 2022 dan mengangkat kembali duta besar.
Namun, hubungan kedua negara dengan cepat memburuk dengan dimulainya perang Israel-Hamas.
Baca juga: Israel Setuju Usulan Baru dalam Proposal Gencatan Senjata di Paris, Netanyahu Omeli Bos Mossad
Ankara merupakan salah satu kritikus paling keras terhadap kampanye militer Tel Aviv di Gaza.
Pada Desember 2023, kepala badan keamanan Israel Shin Bet mengatakan, organisasinya siap untuk menargetkan kelompok Hamas dimanapun, termasuk di Lebanon, Turki dan Qatar.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan cepat memperingatkan “konsekuensi serius” jika Israel menargetkan siapa pun di wilayah Turki.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)