TRIBUNNEWS.COM - Seorang turis asal Spanyol mengalami tindakan kekerasan seksual berupa rudapaksa saat dirinya tengah berlibur bersama suaminya di India pada 2 Maret 2024 lalu.
Wanita yang diketahui bernama Fernanda berkewarganegaraan Brasil-Spanyol itu, telah dirudapaksa oleh warga sekitar secara bergantian di tenda tempat ia bersama suami berkemah.
Sementara suaminya yang bernama Vicente dihajar oleh para pelaku berulang kali.
Kejadian ini terjadi di Distrik Dumka di negara bagian Jharkhand, India, yang diketahui sebagai tujuan wisata terkenal.
Kini, polisi telah menetapkan delapan pelaku yang diduga telah merudapaksa Fernanda.
Sebelumnya, polisi telah menangkap tiga pelaku pada Senin (4/3/2024) lalu.
Kemudian, ketiga pelaku menyebut lima nama lainnya yang ikut merudapaksa turis asal Spanyol tersebut.
"Ketiga orang yang ditangkap sebelumnya memberikan pernyataan baru, di mana mereka menyebutkan lima nama lagi, sehingga, hingga saat ini, kami telah menangkap total delapan pelaku," kata petugas polisi senior setempat, Pitamber Singh Kherwar, dikutip dari CNA.
Polisi India Berhasil Tangkap 8 Pelaku Rudapaksa Turis Spanyol, Korban Diberi Kompensasi Rp 187 Juta
Masa Lalu Keji Pelaku Viral Rudapaksa Turis Spanyol di India, Biawak Pernah Jadi Korban Lalu Dimakan
Kherwar mengatakan siapa pun di antara mereka, jika terbukti bersalah, akan menghadapi "hukuman berat".
"Kami sedang membentuk kasus yang kuat terhadap mereka," ungkapnya.
Pihak berwenang telah menyerahkan cek sebesar US$12.000 atau sekitar Rp187 juta kepada pasangan tersebut sebagai kompensasi.
Baca juga: Apakah Kekerasan Seksual Sudah Jadi Hal Normal di India?
Setelah penangkapan tersebut, Fernanda mengunggah postingan terbarunya yang mengungkapkan rasa terima kasih atas kinerja kepolisian India.
"Mereka (polisi) telah menangkap semua penjahat, dan totalnya ada delapan orang," kata Fernanda.
"Saya meminta keadilan... (untuk) semua perempuan yang juga harus mengalami hal ini," lanjutnya.
Kronologi Kejadian
Fernanda dan Vicente sengaja berkendara dengan sepeda motor mereka untuk menuju Nepal melalui Bhagalpur.
Mereka sempat singgah di Dumka saat penyerangan terjadi.
Dikutip dari Euronews, berdasarkan keterangannya, pasangan tersebut mendirikan tenda di tempat terpencil dekat Pasar Hansdiha.
Saat dia tertidur, beberapa pemuda dari daerah tersebut masuk ke dalam tenda dan bergantian merudapaksanya.
Baca juga: Pekerja Migran India Tewas Kena Serangan Rudal di Israel Utara, New Delhi Minta Jaminan Tel Aviv
Mereka juga menggunakan kekerasan fisik, katanya dalam pengaduannya kepada polisi setempat.
Petugas tiba di lokasi kejadian pada dini hari dan menangkap tiga orang.
Pejabat lain menyebutkan keterlibatan tujuh hingga delapan pemuda.
Setelah penyerangan tersebut, Fernanda dirawat di Klinik Saraiyahat untuk mendapatkan perawatan medis.
"Ini adalah insiden yang patut dikutuk dan polisi mengambil tindakan yang tepat. Pelakunya tidak akan luput," kata Mithilesh Kumar Thakur, menteri regional negara bagian Jhajhand.
Kedutaan Besar Spanyol di India telah menghubungi pihak berwenang dan mengirimkan personel untuk berkonsultasi di wilayah tersebut.
Baca juga: India Ingatkan Warganya di Israel Pindah ke Wilayah Aman, Buntut Pria Tewas Kena Rudal saat Kerja
Keliling Dunia
Vicente dan Fernanda kepada saluran TV Spanyol Antena 3 mengatakan, mereka berkemah karena tidak dapat menemukan hotel di dekatnya.
Mereka berkeliling dunia dengan sepeda motor, mendokumentasikan perjalanan mereka ke hampir 200.000 pengikut di akun Instagram bersama mereka.
Dikutip dari Sky News, di sana mereka menerbitkan rekaman video tentang apa yang terjadi dalam serangan itu.
Dalam video yang sudah tidak tersedia lagi, Vicente mengatakan mulutnya "hancur" setelah dipukul dengan helmnya.
Fernanda mengatakan, dia telah dipukuli dan dirudapaksa oleh tujuh pria, dan mereka juga sempat dirampok.
Dalam video barunya, Vicente dan Fernanda yang tampak dengan wajah memar berterima kasih kepada pengikut Instagram mereka atas dukungannya.
Baca juga: Kenapa Oposisi Bangladesh Serukan Boikot India?
Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan pihaknya mengirim staf ke wilayah tersebut dan telah menghubungi pihak berwenang.
Sementara Kementerian Luar Negeri Brasil mengatakan pihaknya telah menghubungi warga Brasil tersebut, melalui kedutaan besarnya di New Delhi dan bersedia menawarkan segala bantuan.
Rata-rata hampir 90 pemerkosaan sehari dilaporkan di India pada tahun 2022, menurut data dari Biro Catatan Kejahatan Nasional.
Namun, banyak dari mereka yang tidak dilaporkan karena stigma yang ada pada korban dan kurangnya kepercayaan terhadap penyelidikan polisi.
Jarang ada yang menjatuhkan hukuman karena kasus-kasus tersebut tertahan selama bertahun-tahun dalam sistem peradilan pidana India yang tersumbat.
Baca juga: Maladewa Jalin Kerja Sama Pertahanan Dengan Cina Setelah Usir Militer India
Dikutip dari CNA, pemerkosaan dan pembunuhan beramai-ramai yang terkenal terhadap seorang pelajar India menjadi berita utama global pada tahun 2012.
Jyoti Singh, seorang mahasiswa fisioterapi berusia 23 tahun, diperkosa, diserang, dan dibiarkan mati oleh lima pria dan seorang remaja di sebuah bus di New Delhi pada bulan Desember tahun itu.
Kejahatan mengerikan ini menyoroti tingginya tingkat kekerasan seksual di India dan memicu protes selama berminggu-minggu, dan akhirnya perubahan undang-undang yang memberlakukan hukuman mati bagi pemerkosaan.
(Tribunnews.com/Whiesa)